Cari Blog Ini

Jumat, 17 Desember 2010

ANUGERAH HIDUP

Hidup itu tidak seindah yang terlihat...
Banyak tangis yang tersembunyi di balik senyuman...
Banyak tawa di atas tangis orang lain...
Banyak air mata yang terurai...
Banyak trauma dan ketakutan dalam hidup seseorang...

Indahkah hidup ini?
Atau burukkah hidup ini?
Menyenangkankah hidup ini?
Atau menyedihkankah hidup ini?

Tiada rasa peduli terhadap orang lain...
Tapi ingin dipedulikan oleh orang lain...
Tidak ingin dibedakan ataupun dibandingkan dengan orang lain...
Tapi ingin membedakan dan membandingkan orang lain...

Kepahitan dalam hidup ini...
Membuat segalanya menjadi menyedihkan...
Merasa tidak percaya diri dan direndahkan...
Terkucilkan dan mengucilkan diri dari kelompoknya...
Tapi sadarkah?
Bahwa kita telah melupakan hal terindah yang telah kita dapatkan...

"Hal terindah yang pernah kita rasakan sampai saat ini adalah dapat tetap hidup
dan merasakan manis serta pahitnya dunia ini merupakan suatu anug
erah terindah yang telah diberikan kepada kita.."
 Pengarang/penulis: Chiin Sui

Jakal Bukanlah Macan

Macan jantan, macan betina, dan dua anaknya hidup rukun. Mereka hidup di tengah hutan berkelimpahan dengan apa saja untuk dimakan dan air segara untuk diminum. 

Macan jantan tugasnya berburu binatang dan membawanya pulang sebagai makanan mereka. Macan betina merawat anak-anak dan rumah mereka.

Pada suatu hari macan jantan pulang ke rumah membawa seekor jakal kecil yang masih hidup. “Hari ini jakal kecil ini akan menjadi makanan kita,” kata si jantan sambil menyerahkan jakal kecil kepada si betina.

Jakal kecil ini menyentuh hati si macan betina. “Dia kecil seperti anak-anak kita. Bagaimana kita dapat membunuh dan memakannya?’ kata si betina memprotes. Dia kemudian memberikan air susu kepada jakal kecil itu dan memutuskan untuk membesarkan seperti anak-anak macan. Dengan demikian, tiga anak itu tumbuh bersama-sama.

Mereka belajar berburu hewan-hewan kecil seperti kelinci. Mereka keluar dari rumah, berkeliaran di rimba untuk belajar menghadapi bahaya. Pada salah satu perburuan, mereka berjumpa dengan seekor gajah. Anak-anak macan memutuskan untuk menantang binatang raksasa itu tetapi saudara mereka, jakal tidak punya keberanian. “Lari!” teriaknya kepada anak-anak macan, “atau binatang besar itu akan membunuhmu.” Sebagaimana jakal berlari secepatnya, demikian juga anak-anak macan.

Di rumah, mereka menceritakan kejadian ini kepada ayah dan induk macan. Keduanya mencaci anak-anak macan karena perasaan takut mereka. “Ingat, kalian berdua adalah macan. Jangan pernah lari dari bahaya. Hadapi bahaya.”

Kepada jakal, induk macana berkata, “Sekarang sudah waktunya bagimu untuk pulang dan bergabung dengan kelompokmu. Jika engkau tetap tinggal di sini, anak-anakku akan menjadikan engkau mangsa mereka.” Itulah hari terakhir bagi jakal bersama macan.


Setiap pribadi itu unik. Jadilah dirimu sendiri.
Disadur dari:
Cercah-cercah hikmah, P. Cosmas Fernandes, SVD, Kanisius

Bacaan dan Renungan Hari Minggu, Adven IV

Bacaan: Matius 1:24.
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.

Renungan:
Dalam kehidupan sehari-hari, kata “hamba” merupakan suatu kata yang barangkali menjijikkan. Kata “hamba” sering kita bayangkan sebagai “budak”, sehingga kita sering memandang rendah pekerjaan seorang hamba. Kendati demikian, sebenarnya yang dimaksud dengan hamba dalam teks ini lebih dari itu. Hamba yang dimaksud di sini adalah hamba Tuhan.
Memang tidak salah bila kita berasumsi bahwa seorang hamba itu adalah seorang suruhan. Seorang hamba hanya berpasrah pada tuannya. Namun, betapa mulianya jika seorang hamba yang dimaksud adalah hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan tentunya berpasrah kepada Tuhan sebagai Tuannya. Oleh sebab itu menjadi pertanyaan bagi kita sekarang ialah: apakah kita mau menjadi hamba Tuhan dengan cara rela untuk memasrahkan segala nasib hidup kita padaNya? Ingat, kerelaan kita untuk selalu berpasrah pada Tuhan adalah kunci utama dalam mengabdi Tuhan sebagai orang-orang Katolik sejati. Demikianlah sikap Yusuf untuk mengikuti kata malaikat, ia dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati menyerahkan segala keputusan sesuai dengan kehendak Allah. Iman kita tidak sebanding dengan iman Yusuf. Maka Yusuf menjadi teladan kita dalam mengabdi terhadap Allah.


Hari Senin, Pekan 4 Adven.
Bacaan: Lukas 1:38.
Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Renungan:
Maria menerima khabar dari malaikat Gabriel yang menyampaikan pesan Allah bahwa Maria akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki. Sebuah kalimat yang diungkapkan Maria kepada malaikat itu, “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan”.
Jika Maria mengungkapkan bahwa dirinya hamba Tuhan dengan kata “sesungguhnya” bukan berarti malaikat tidak tahu siapa Maria. Allah telah memilih Maria. Namun kerendahan hati Marialah yang mendorongnya untuk menunjukkan siapa sebenarnya Maria di hadapan Malaikat Tuhan. Kata-kata Maria memperjelas bahwa ia adalah wanita yang pantas menerima kepercayaan dari Tuhan sendiri.
Maria mencoba mengungkapkan bahwa dirinya adalah hamba Tuhan. Namun Maria sekaligus memberikan diri sebagai hamba Tuhan untuk dipakai oleh Tuhan. Ia mengatakan kepada malaikat “jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Maria merelakan dirinya untuk menjalani apa yang dipesan Tuhan lewat malaikat.
Kesediaan diri Maria yang penuh dengan tantangan inilah yang menjadikan Maria menonjol dalam sikap beriman. Dua hal yang pantas kita teladani dari Maria pada masa Adven ini adalah: pertama sikap rendah hati di hadapan Tuhan, dan yang kedua adalah beriman kepada Tuhan secara total, percaya dan rela menjalani kehendak Tuhan. Adakah kedua sikap tersebut kita miliki? Pada saat kita membuat tanda salib, apakah kita sungguh mengimani Allah Tritunggal atau hanya karena sudah terbiasa saja?


Hari Selasa, Pekan 4 Adven.
Bacaan: Lukas 1:41-44.

Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.

Renungan:
Hanya para ibu yang dapat berbicara tentang sukacita melahirkan seorang bayi di dunia. Dalam iman, Maria dan Elisabeth merasakan kehadiran Allah melalui bayi yang sedang mereka kandung: Elisabet mengandung Yohanes dan Maria mengandung Yesus.
Dalam kehidupan kita sebagai orang beriman, kapan kita merasakan kehadiran Tuhan? Apakah hanya ketika doa kita dikabulkan oleh Tuhan, kita baru merasakan adanya kehadiran Tuhan? Tuhan itu hadir setiap saat di dalam seluruh perjalanan hidup kita masing-masing. Oleh sebab itu marilah kita bersama-sama memberikan hadiah terindah bagi Sang Bayi yang akan lahir di palungan dengan cara selalu menyadari rahmat kehadiranNya dalam setiap pengalaman keseharian kita.

Hari Rabu, Pekan 4 Adven.
Bacaan: Lukas 1:46-49.
Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus.

Renungan:
Bunda Maria bersyukur karena karyaNya yang agung diserahkan kepada kita manusia. Dalam hidup kita sehari-hari, kita pun sering mengucapkan syukur kepada Tuhan. Namun yang menjadi pertanyaan ialah apa alasan kita mengucap syukur? Apakah kita mengucap syukur hanya karena berhasil dalam usaha-usaha besar? Lalu, bagaimana dengan usaha-usaha kita yang seringkali gagal: apakah kita juga mampu untuk mengucap syukur?
Patut kita sadari bersama bahwa tidak ada alasan dalam hidup ini untuk tidak mengucapkan syukur. Entah apa pun usaha kita dalam hidup (berhasil atau tidak), ungkapan syukur pada Tuhan harus selalu kita nyatakan. Kita harus ingat bahwa lalai bersyukur, dalam arti tertentu, sama artinya dengan lalai akan segala anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita.


Hari Kamis, Pekan 4 Adven.
Bacaan: Lukas 1:57-58.
Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang seorang anak laki-laki. Ketika tetanga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmatNya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.

Renungan:
Kisah kelahiran Yohanes Pembaptis dalam teks Injil ini merupakan suatu permenungan yang amat bagus bagi para orangtua. Para orangtua tentunya sangat bergembira bila melihat anaknya lahir dengan selamat. Kendati demikian, tidak jarang juga kita jumpai bahwa para orangtua justru tidak menghendaki anaknya lahir.
Ada banyak alasan yang digunakan para orangtua untuk membenarkan tidakannya ini (tidak menghendaki anaknya lahir). Salah satu alasan yang sering kita dengar ialah karena orang tua takut tidak mampu untuk menyejahterakan anaknya itu. Karena alasan inilah maka dalam beberapa berita di Televisi ataupun di Radio sering kita lihat dan dengar bahwa ada orangtua yang tega membuang atau bahkan menjual anaknya yang baru lahir. Perbuatan ini sebenarnya tidak dapat dibenarkan, karena sang anak pada dasarnya merupakan anugerah Tuhan sendiri.
Membuang, menyingkirkan, atau bahkan menyia-nyiakan anak sama artinya dengan membuang, menyingkirkan, dan menyia-nyiakan Tuhan sendiri. Oleh sebab itu, marilah kita sebagai orangtua selalu menjaga dan merawat anak-anak kita dengan semangat penuh cinta akan anugerah kasih Tuhan.


Hari Jum’at, Pekan 4 Adven.
Bacaan: Lukas 1:67-69.
Dan Zakaria, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umatNya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hambaNya itu”.

Renungan:
Hari Natal merupakan hari yang sungguh-sungguh kita nantikan. Sudah tiga minggu, terhitung sejak dimulainya masa Adven, kita bersiap-siap untuk menyambut hari Natal. Banyak hal yang mungkin telah kita renungkan demi menyambut lahirnya Sang Juruselamat itu. Kendati demikian, patut kita pertanyakan bersama ialah sungguhkah kita menantikan kedatangan Yesus, Sang Juruselamat, yang akan lahir di dunia dari dalam diri perawan Maria tersebut?
Sungguhkah kita sudah mempersiapkan hati dan pikiran kita untuk menyambutNya? Mari kita sadari bersama bahwa persiapan akan kedatangan Sang Juruselamat itu bukan hanya persiapan fisik (pembentukan panitia Natal, gua-gua Natal di gereja, tulisan-tulisan Natal di gereja dan rumah, dan lain sebaginya), melainkan juga persiapan rohani (permenungan diri kita sebagai orang beriman dalam menyambut kedatangan Tuhan).

Gembala Menyapa (12 Desember 2010)

Pada hari Minggu Adven III seperti biasa Gereja mengajak kita semua merenungkan peran Yohanes Pembaptis dalam karya keselamatan dan persiapan kedatangan Yesus. Yang ditampilkan dalam bacaan Injil hari minggu Adven III tahun A ini adalah Yohanes Pembaptis yang beberapa waktu sebelumnya ditangkap oleh Herodes Antipas (Mat 4:12) dan dimasukkan dalam perjara. Mengapa Yohanes ditangkap oleh Herodes Antipas, ini adalah masalah politik, bahwa seruan pertobatan Yohanes ternyata telah membuat goncangan di masyarakat dan dikhawatirkan akan membahayakan kedudukan Herodes di hadapan penguasa Romawi. Namun ada alasan lain juga selain itu, yaitu bahwa Yohanes telah mengecam keras perkawinan Herodes dengan Herodias yang waktu itu bersuamikan saudara tiri Herodes sendiri (Mat 14:4). Perkawinan seperti itu memang terlarang (Im 18:6). Di dalam penjara, Yohanes masih bisa menerima kunjungan murid-muridnya. Dari murid-murid inilah Yohanes mendengar tentang Yesus yang mulai dikenal oleh masyarakat. Agaknya atas dasar cerita dari murid-muridnya ini Yohanes mulai menduga, bahwa mungkin inilah Mesias yang akan datang itu.
 Memang menurut Mat 3:11 Yohanes sudah memaklumkan kedatangan dia yang lebih berkuasa daripadanya, yang akan membaptis dengan Roh dan api sehingga orang dapat memasuki Kerajaan Sorga setelah menerima pembaptisan tobat. Tetapi khan belum jelas baginya siapa orangnya. Ketika Yesus datang kepadanya minta ikut dibaptis, lalu ada pengalaman rohani bahwa sesudah dibaptis terdengar suara dari langit bahwa Yesus itu anak terkasih dan mendapat perkenanan ilahi. Tetapi apakah dia itu yang dinanti-nantikan? Keragu-raguan ini tidak perlu ditafsirkan sebagai kekurangpercayaan, tetapi iman yang hidup tetap butuh informasi yang aktual, bukan sekedar mengamini rumus-rumus.
Dengan mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus sendiri tentang “pertanyaan” yang hidup dalam hatinya ini agaknya Yohanes mau mengajari para murid untuk (a) mendengar berita yang terpercaya, (b) supaya murid-murid berani mengenal Yesus dengan menemuinya sendiri. Berusaha untuk mengerti tanda-tanda yang bisa membat orang percaya adalah termasuk tindakan beriman. Percaya dan beriman itu seperti semua tindakan manusia, bisa dan butuh dipertanggungjawabkan. Iman bukan hanya perasaan mantap sehidup semati saja. Malah rasa mantap itu bakal kurang berdaya yohanes sendiri sebenarnya menhadapi masalah “teologi dasar” seperti ini. Di hati dan dalam niatan, ia percaya bahwa ada yang bakal datang mengutuhkan warta Kerajaan Sorga. Tapi siapakah dia itu dalam kenyataannya? Orang yang dikabarkan di mana-mana mengerjakan perkara-perkara ajaib itukah?
Yesus meminta agar murid-murid Yohanes melaporkan kepada guru mereka apa yang mereka lihat dan dengar, yakni orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin dibawakan berita gembira. Orang yang bisa percaya tanpa merasa tersinggung dan menyambutnya dengan merdeka boleh merasa bahagia. Mereka itu berarti menerima Kerajaan Sorga (bdk. Mat 5:3 dst). Begitulah kebahagiaan tercapat dengan mencari tahu bagaimana dan dengan cara apa kedatangannya menjadi semakin bermakna dan semakin bisa dinikmati orang zaman ini.
Setelah murid-murid Yohanes pergi, Yesus mulai berbicara mengenai Yohanes. Dikatakannya bahwa orang-orang datang kepada tokoh itu karena tidak seperti “buluh digoyang angin” (ay 7), sebuah ibarat yang mirip ungkapan Indonesia “seperti air di daun talas”. Mereka datang untuk berguru kepada orang yang wataknya kuat, kepada orang yang punya prinsip, berkepribadian. Itulah Yohanes Pembaptis.
Maka tidak salah kalau kita mau berguru kepada Yohanes Pembaptis, orang yang wataknya kuat, punya prinsip dan kepribadian itu

Senin, 25 Oktober 2010

Serigala Menjadi Gembala

S
eekor serigala yang tidak dapat menangkap mangsanya selama beberapa hari menjadi sangat lapar. Ia tidak menemukan cara apapun untuk mendapatkan makanan, maka ia merencanakan suatu muslihat.
Sementara gembala dan anjingnya tertidur lelap, dia merangkak menuju kawanan domba. Dia mengambil topi dan mantel gembala itu lalu mengenakannya. Sekarang domba pasti berpikir bahwa dia adalah gembala mereka dan dia dapat menggiring mereka keluar dari tempat itu dan memakannya satu demi satu.
“Ya, ya,” kata serigala, “Ini rencana yang baik. Dengan rencana ini, sesuatu yang lebih baik akan terjadi. Domba-domba akan mengikuti saya, sebab mereka akan berpikir bahwa saya adalah gembala mereka. Saya akan menggiring mereka langsung ke liang persembunyian saya sehingga mereka tidak dapat melarikan diri. Saya akan mempunyai cukup persediaan makanan untuk beberapa hari dan tidak perlu bersusah payah seperti biasanya.”
Serigala senang ketika melihat gembala dan anjingnya masih tertidur lelap. Lalu, dia membayangkan dirinya sebagai seorang gembala. Hatinya terhibur sehingga dia lupa akan rasa lapar dan hausnya. Serigala itu merangkak mendekati kawanan domba dan tiba-tiba sebuah akal melintas di benaknya, “Saya harus memainkan peran sebagai gembala, lalu saya harus meniru suara gembla.” Selesai berkata demikian, dia berseru meniru suara manusia tetapi yang muncul suara lolongan yang menakutkan, yang membangunkan gembala, anjing, dan kawanan domba.
Gembala dan anjingnya menagkap serigala dan memukulinya sampai setengah mati.
Dengan ketakutan, kesakitan, dan lebih lapar dari sebelumnya, serigala itu merangkak pulang ke liangnya sambil terisak-isak, “Saya merencanakan untuk menjadi seorang gembala, tetapi itu tidak berjalan dengan baik. Memang, saya diciptakan sebagai seekor serigala dan harus puas dengan keadaan saya. Kalau demikian, jauh lebih baik kelaparan untuk sementara waktu daripada dipukuli dan kelaparan seperti sekarang ini.”

Yang cerdik tidak selamanya berhasil.
Disadur dari:
Cercah-cercah hikmah, P. Cosmas Fernandes, SVD, Kanisius
  • Menghayati Ekaristi:

Dalam perjalanan sejarah tampak bahwa Tuhan lebih berkenan memihak yang lemah, agar tiada orang yang menyombongkan dirinya di hadapan-Nya (1Kor 1:28). Ajaran ini masih tetap aktual. Kita cenderung untuk menghitung jasa-jasa kita, supaya berdasarkan itu dapat menghakimi orang lain dan mendapatkan balas jasa bagi diri kita. Tetapi kita hanya dapat berbuat baik, kalau Tuhan memberikannya kepada kita. Doa rendah hati dan jujur membuka hati kita. Semakin orang mengenal dan mencintai Tuhan, semakin ia sadar akan dosa-dosanya serta mohon belas kasih Tuhan.

Menembus Batas Menembus Keterbatasan

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya. Namun, apa yang terjadi bila ia dimasukkan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan di sana selama satu hingga dua minggu? Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja! Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.

Ini yang terjadi.
Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api, ia mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi dan terbentur lagi. Terus begitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri dan mulai berpikir, "Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini".
Kemudian, loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman. Dia tidak membentur. Saat itulah dia menjadi sangat yakin, "Nah, benar kan?"
"Kemampuan saya memang cuma segini. Inilah saa!"

Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatannya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayatnya.

Kemampuan yang sesungguhnya tidak nampak. Kehidupannya telah dibatasi oleh lingkungannya. Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api. Misalnya anda memiliki atasan yang tidak memiliki kepemimpinan memadai. Dia tipe orang yang selalu takut tersaingi bawahannya, sehingga dia sengaja menghambat perkembangan karir kita. Ketika anda mencoba melompat tinggi, dia bahkan tidak pernah memuji, bahkan justru tersinggung. Dia adalah contoh korek api yang bisa mengkerdilkan anda.
Teman kerja juga bisa menjadi kotak korek api. Coba ingat ketika dia bicara seperti ini, "Ngapain sih kamu kerja keras seperti itu, kamu gak bakalan dipromosikan kok." Ingat! Mereka adalah kotak korek api. Mereka bisa menghambat perkembangan potensi diri anda.

Kotak korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia, dan lain sebagainya. Bila semua itu menjadi kotak korek api maka akan menghambat prestasi dan kemampuan anda yang sesungguhnya tidak tercermin dalam aktifitas sehari-hari.
Bila potensi anda yang sesungguhnya ingin muncul, anda harus take action untuk menembus kotak korek api itu.

Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuhnya yang di bawah rata-rata ia mampu menjadi presenter di televisi. Anda pun pasti pernah mendengar nama Hellen Keller. Dengan mata yang buta, tuli, dan "gagu" dia mampu lulus dari Harvard University. Bill Gates, tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi "raja" komputer. Andre Wongso, tidak menamatkan pendidikan sekolah dasarnya namun mampu menjadi motivator nomor satu di Indonesia.

Contoh lain, Mentri Negara BUMN, Bapak Sugiharto, yang pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir, dan kuli di pelabuhan. Kemiskinan tidak menghambatnya untuk terus maju. Bahkan sebelum menjadi mentri, beliau pernah menjadi eksekutif di salah satu perusahaan ternama. Begitu pula dengan Nelson Mandela. Ia menjadi Presiden Afrika Selatan setelah usianya leat 65 tahun. Kolonel Sanders sukses membangun jaringan rstoran fast food ketika usianya sudah lebih dari 62 tahun.

Nah bila anda masih terkungkung di dalam kotak korek api, pada hakikatnya anda masih terjajah. Orang-orang seperti Ucok Baba, Hellen Keller, Andre Wongso, Sugiharto, Bill Gates, dan Nelson Mandela adalah orang yang mampu menembus batas kungkungan kotak korek api. Merekalah contoh sosok orang yang merdeka, sehingga mampu menembus berbagai keterbatasan.

Gembala Menyapa (24 Oktober 2010)

Saudari-saudara, seluruh umat yang terkasih,
Pada Minggu Biasa XXX tahun C ini perhatian kita masih diarahkan kepada "doa". Untuk minggu ini kita diajak untuk menyadari "doa yang dikabulkan" oleh Tuhan, dengan perumpamaan tentang "orang Farisi dan pemungut cukai yang sama-sama berdoa", namun yang satu dikabulkan sementara yang lain tidak (bdk. Luk 18 : 9 -14). Ada suatu sikap yang "diisyaratkan" oleh Tuhan, agar doa dikabulkan.

Untuk memahami maksud Tuhan dalam Injil hari ini kiranya harus kita perhatikan "catatan awal" Lukas, bahwa Yesus menyampaikan perumpamaan ini "kepada beberapa orang yang menganggap diri benar dan merendahkan semua orang lain" (Luk 18 : 9). Rasanya tidak mengherankan kita, bahwa Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka. Di kalangan umat waktu itu ada sekelompok orang yang merasa yakin, bahwa dengan menjalani serangkaian tindakan kesalehan, mereka boleh merasa aman dan dekat dengan Tuhan. Bersamaan dengan keyakinan ini tumbuh pula suatu keyakinan bahwa orang-orang lain jauh dari perkenaan Tuhan dan pantas dijauhi. Bahkan menurut mereka orang-orang itu tidak boleh diterima sebagai sesama. Sikap yang demikian ini berkembang menjadi "cara mengadili orang lain", "cara memojokkan orang yang tidak disukai", "cara menjatuhkan hukuman sosial". Doa yang disampaikan dengan sikap seperti ini tidak berkenan kepada Tuhan. Sementara doa yang berkenan kepada Tuhan adalah doa yang disampaikan seperti sikap pemungut cukai yang berdoa : "mengakui diri sebagai pendosa". "meminta belas kasihan Tuhan".

Bila demikian kiranya menjadi jelas bagi kita, bahwa perkenaan doa kita sangat terkait dengan sikap kita orang yang berdoa : tidak sombong, tidak merendahkan orang lain, merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui kedosaan, percaya akan kerahiman Tuhan. Bagaimana dengan kita? Semoga sabda hari ini menjadi inspirasi yang baik untuk kita semua, sehingga memampukan kita untuk membangun sikap yang benar dalam setiap doa kita. Tuhan memberkati!

Rm. YG. Marwoto, SCJ

Minggu, 24 Oktober 2010

Kekuatan atau Kelemahan

Alkisah, di sebuah kota kecil di Jepang, terdapat seorang anak yang lengan kirinya buntung, tetapi ia sangat menyukai beladiri judo, dan sudah mengikuti latihan di sebuah dojo.

Selama berlatih, sang guru hanya mengajarkan satu jurus saja. Walaupun jurus itu termasuk sukar untuk dikuasai, anak ini merasa tak puas, karena ia melihat murid-murid lainnya mempelajari bermacam-macam tekhnik. Akhirnya setelah 6 bulan, ia tak kuasa lagi menahan kesabarannya. Lantas ia menemui sang guru, "Sensei, bolehkan aku bertanya? Mengapa selama 6 bulan ini aku hanya berlatih jurus ini saja?" Gurunya hanya menjawab singkat, "Karena engkau murid yang istimewa dan hanya jurus ini saja yang engkau perlukan". Ia tak berani lagi bertanya dan memilih untuk berlatih dengan tekun. Semakin lama jurus itu semakin dikuasainya dan mendarah daging dalam dirinya. Tak ada seorang pun yang semahir dia dalam menggunakan jurus tersebut.

Setahun kemudian, sang guru menyertakan dirinya dalam kejuaraan nasional di ibukota. Walaupun merasa pesimis dan minder, ia menuruti permintaan sang guru dan mereka berangkat ke ibukota.

Kejuaraan dimulai. Diluar dugaannya, dengan mudah ia bisa menjatuhkan dan mengunci lawan-lawannya. Babak demi babak ia lalui, sampai akhirnya ia harus menghadapi juara tahun lalu di babak final. Walaupun memakan waktu cukup lama dan menguras tenaganya, lagi-lagi ia berhasil memenangkan pertandingan.

Dalam perjalanan pulang, sembari membahas dan mengevaluasi pertarungannya, sang anak kembali bertanya, "Sensei, saya heran, mengapa hanya bermodal satu jurus ini saja saya bisa memenangkan pertandingan? Saya masih belum mengerti ucapan Sensei dulu, apa istimewanya saya dan mengapa hanya satu jurus ini saja?"

Sang Sensei tersenyum dan berkata, "Muridku, cara bertarung setiap orang adalah unik, tergantung dari kekuatan dan kelemahannya. Praktisi bela diri perlu mempelajari berbagai tekhnik dan jurus sampai akhirnya ia menemukan kekuatan dan kelemahannya dan akhirnya memilih tekhnik dan jurus yang sesuai, yaitu tekhnik yang memanfaatkan kekuatannya dan menutupi kekurangan atau bahkan mengubahnya sebagai kekuatan".

"Engkau istimewa, karena kekuranganmu sudah jelas. Sehingga tak perlu menghabiskan waktu untuk mempelajari berbagai jurus dan tekhnik yang sudah pasti tidak engkau perlukan. Dan jurus itu paling cocok bagimu, karena selain jurus itu adalah jurus tersulit dalam judo, satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan mengunci lengan kirimu".

Kadang orang mengira bahwa kekurangannya merupakan hukuman, kutukan dan menyesalinya. Padahal, di dunia ini banyak sekali terdapat kemungkinan dan tak mungkin semuanya diraih. Orang-orang yang memahami kekurangannya seharusnya bisa menyadari hal-hal yang mustahil ia lakukan dan tak membuang waktu percuma untuk mengejarnya. Dan orang-orang yang juara adalah orang-orang yang menggunakan semaksimal kekuatannya dan juga berhasil menggunakan kelemahannya sebagai kekuatan.

Paku dan Kemarahan

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. "Hmmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini, di hati orang lain".

"Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada. DAN LUKA KARENA KATA-KATA ADALAH SAMA BURUKNYA DENGAN LUKA FISIK".

Senin, 18 Oktober 2010

Warta Paroki no. 06 Tahun VII 17 Oktober 2010

Warta Umat
Jadwal Petugas Liturgi Minggu Biasa XXX

Sabtu 23 Oktober 2010
Misa Sore pukul 17.30 
Koor dan ketertiban : St. Paulus

Prodiakon :
  1. G. Mujodo
  2. Yohanes Tamsir
  3. Bernard Wongso
Misdinar :
  1. Andi C
  2. Yusuf Sidharta
  3. Yodhi
  4. Hari Suhud
  5. Theresia Cici
  6. Agnes Simbolon
Parkir : St. Antonius

Minggu, 24 Oktober 2010
  • Misa Pagi pukul 06.30
Koor dan ketertiban : St. Vincentius A Paullo
Prodiakon :
  1. Sr. FMM (2)
  2. Sr. SJD (2)
  3. C. Mujito
  4. P. Eddy Yanto
Misdinar :
  1. Kristiana
  2. Risti
  3. Gretz Lee
  4. Gilang
  5. Daniel
  6. Nando
Parkir : Hati Kudus Yesus 
  • Misa Siang pukul 09.00

Koor dan ketertiban : Renha Rosari
Prodiakon :
  1. MB. Naibaho
  2. Karolus Tukan
  3. G. Mudo Sumantoro
  4. St. Suhirman
  5. Budi Suwandi
  6. Gerardus Niga
  7. B. Manik 
Misdinar :
  1. Yohanes Putra
  2. Yosephine 
  3. Deo Valentino
  4. Glensy
  5. Kinsy
  6. Boris 
Parkir : St. Yosef

  • Misa Sore pukul 17.00

Koor dan ketertiban : St. Fransiskus Asisi
Prodiakon :
  1. H. Suharyanto
  2. LY. Tukijan
  3. A. Yanto Suryanata 
Misdinar :
  1. Delicia
  2. Julio
  3. Sesarius
  4. Rara
  5. Jansen
  6. Marselino
Parkir : St. Clara

  • Bina iman anak Bunda Kudus Kids setiap hari Sabtu pukul 17.00 WIB di Gedung Paroki
  • Renungan harian bulan Oktober tersedia di warung Paroki
  • Pertemuan anggota prodiakon akan dilaksanakan Selasa, 26 Oktober 2010, pukul 19.30 brtempat di Aula Paroki lt. 2
  • Misa peringatan arwah semua orang beriman akan diadakan pada hari Selasa, 2 November 2010, pkl. 15.00 WIB bertempat di kompleks pemakaman Katolik Km. 12 Pondok Meja. Bagi umat yang memiliki intensi bagi anggota keluarga yang sudah meninggal, dapat mengisi amplop "intensi Misa Arwah" yang telah disediakan Gereja dengan menuliskan nama yang akan didoakan dan mengisi stipendium, kemudian memasukkannya ke dalam kotak yang telah disediakan, paling lambat hari Minggu,  31 Oktober 2010. Atas perhatian dari seluruh umat diucapkan terima kasih. Sie St. Yusuf

Akan Saling Menerimakan 
Sakramen Perkawinan
  1.  Sdri. Irma Yana Herna Nova K. Manik dengan Sdr. Arnold (3)
  2. Sdra. YB. Donny Anung Priyo Wibowo dengan Sdri. Margaretha Yulia Yuli Kristanti (3)
  3. Sdra. Ignatius Bowo Sarjito dengan Sdri. Imelda Resti Okvitasari (3)
  4.  Sdri. Nora Handayani Nadeak dengan Sdra. Yohanes Jambinter Naibaho (3)
  5. Sdra. Andreas Noviyanto Hendry dengan Sdri. Catarina Tjiu Yulianti (3)
  6. Sdra. Laurentius Sili dengan Sdri. Ade Prima (3)
  7. Sdra. Kristianus Tommy Hendryarto dengan Sdri. Gilda Phamphita (2)
Bagi umat yang mengetahui adanya halangan dalam perkawinan, demi sahnya pernikahan tersebut, wajib memberitahukan kepada Pastor paroki dan mohon doa bagi mereka. 

Gembala Menyapa (17 Oktober 2010)

Saudara - saudari seluruh umat yang terkasih,

Mulai terbitan minggu ini "Warta Paroki" tampil beda. Dalam setiap terbit akan ditampilkan "Gembala Menyapa" pada halaman depan, yang merupakan tulisan para romo sebagai gembala umat di Paroki St. Teresia Jambi ini, bisa berupa renungan atau ajakan/himbauan atau suatu fokus khusus yang pantas menjadi perhatian kita bersama.

Pada minggu ke XXIX Tahun C ini perhatian kia diarahkan kepada "perumpamaan tentang hakin yang tidak adil" untuk "memahami kemurahan Allah". Memang tidak mudah untuk menangkap perumpamaan ini. Namun rasanya akan membantu kalau kita membandingkannya dengan "permpamaan bendahara yang tidak jujur dalam Luk 16 : 1 - 9". Kedua tokoh - hakim yang tidak adil dan bendaharra yang tidak jujur itu ditampilkan sebagai orang yang wataknya tidak lurus, tapi dalam keadaan tertentu dapat menjalankan halk yang pada dirinya sendiri dapat dipuji. Bendahara yang tidak jujur itu dapat berlaku cerdik dan dengan demikian dapat menyelamatkan diri. Begitulah bendahara itu berhasil mengatasi keadaannya yang gawat. Anak-anak terang dapat belajar dari kesigapannya. Demikian juga kiranya hakim yang akhirya mau membela si janda dapat menjadi batu loncatan untuk mengerti kemurahan Allah. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu : Ia akan segera membenarkan mereka" (Luk 18 : 7 - 8). Begitulah Yesus Sang Guru, berani menggunakan pengalaman hidup sehari-hari yang penuh liku-liku dan bahkan sering sering kelabu untuk menarik garis yang lurus dan terang. Kiranya kita sepaham bahwa "tokoh - tokoh" di atas itu ada dalam kehidupan nyata kita. Dan yang selayaknya kita lihat, bahwa kebijaksanaan seorang Guru seperti Yesus itu  terletak dalam kemampuanNya melihat sisi yang membawa orang dapat maju ke depan, bukan yang membuat orang menyerah dan putus harapan.

Dalam pengalaman hidup sehari-hari kiranya kita juga tidak jarang menemui "liku-liku kehidupan" bahkan sering kita alami sebagai "suasana hidup yang kelabu". Kita merasa sudah tidak kurang-kurang berdoa dan memohon, namun tak kunjung juga dikabulkan. Karena tak kunjung dikabulkan, maka mulai menjadi bosan dan tidak jarang menyerah, malah mulai mempertanyakan atau bahkan marah kepada Tuhan. Dengan firman hari ini kita diingatkan agar "berdoa dengan tidak jemu-jemu". Jangan menyerah, jangan putus harapan, Tuhan itu Maha Pemurah.

Romo YG. Marwoto, SCJ

Maukah Anda Mendengar?!

“Saat ini saya sedang mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan keuangan saya…”
“Ah, itu sih sama seperti yang pernah saya alami dulu…, cobalah kita sabar, kita rem pengeluaran kita, pilih hal yang tidak perlu untuk tidak dulu kita beli..”
“Tapi yang saya alami ini beda…”
“Ah, saya dulu juga mengalaminya. Yah, itulah yang saya lakukan, kita pilah dulu mana-mana kebutuhan yang bisa dibatalkan, kemudian mana- mana kebutuhan yang bisa ditunda. Lalu hemat pengeluaran, hemat listrik, bensin. Trus,..kita coba cari dana segar dari lembaga keuangan yang menawarkan bunga yang menarik, dari situ coba kita bangun lagi usaha kita..”, dan bla..bla…bla.
Pembicaraan tadi adalah pembicaraan antara dua orang yang kebetulan terdengar oleh saya di sebuah ruang tunggu bandara. Kebetulan kedua orang ini duduk tepat di tempat duduk yang membelakangi tempat duduk saya di belakang saya. Saya yang saat itu sedang membaca koran, justru menjadi tertarik untuk menangkap pembicaraan mereka.
Apa yang mereka bicarakan tentunya adalah urusan mereka berdua. Dan saya pun tidak begitu tertarik lebih dalam untuk tahu apa yang mereka bicarakan. Yang menarik bagi saya adalah gaya mereka berkomunikasi satu sama lain. Sebuah bentuk komunikasi yang mungkin anda pernah dengar atau bahkan pernah anda alami.
Salah satu orang berusaha untuk menyampaikan apa yang menjadi pikiran atau perasaannya. Sementara lawan bicaranya tidak berusaha untuk mendengar, tapi selalu memotong pembicaraan orang pertama dengan mengatakan bahwa seolah-olah orang kedua ini sudah tahu dan mengerti benar masalah yang dihadapi orang pertama.
Sungguh menarik memang, semua ini berawal dari masalah komunikasi antara dua orang manusia. Dan komunikasi memang telah menjadi salah satu bentuk keterampilan yang menjadi tuntutan setiap orang saat ini.
Coba anda bayangkan, sejak usia sekolah dasar kita telah diajari bagaimana cara membaca dan menulis. Bahkan saat ini juga menjadi tren, sekolah usia dini, di mana seorang anak masih harus bermain mengasah motorik dan sensoriknya, mereka juga sudah dikenalkan bagaimana membaca dan menulis.
Membaca yang berlanjut pada penyampaian gagasan, seperti pidato, drama, seni peran pun, dibutuhkan keterampilan tersendiri, dan banyak sekolah-sekolah yang juga menawarkan keterampilan tingkat lanjut seperti itu. Menulis juga begitu, terdapat sekolah tingkat lanjut menulis yang berisi teori dan tata cara menulis dalam menyampaikan gagasan atau pun memotret sebuah berita.
Tapi bagaimana dengan `mendengar’? Mendengar adalah salah satu elemen yang berpengaruh pada keefektifan sebuah komunikasi. Tapi pernahkah ada orang yang benar-benar meniatkan dirinya untuk belajar mendengar? Pernahkah ada lembaga pendidikan yang menawarkan sebuah kurikulum atau jurusan keterampilan mendengar?
Kebanyakan dari kita selalu gagal untuk mendengar! Entah itu karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan bagaimana cara mendengar yang baik. Atau memang mereka tidak mau untuk menjadi seorang pendengar.
Apa yang saya contohkan di awal tulisan saya, saya pikir adalah sebuah contoh klasik yang sering kita alami. Dan saya pun bisa sampai pada kesimpulan bahwa orang kedua telah gagal dalam `mendengar’. Sehingga komunikasi pun gagal terjalin. Dan ini terbukti, beberapa saat kemudian si orang pertama yang memiliki masalah untuk diungkapkan, pada kenyataannya malah justru banyak diam. Sedang orang kedua yang notabene tidak memiliki masalah untuk dibicarakan dan dicarikan jalan keluar malah terlihat mendominasi pembicaraan dengan selalu menceritakan pengalamannya.
Dan memang benar, kebanyakan dari kita, bila suatu saat kita mengalami bentuk komunikasi seperti yang saya contohkan di atas, dan kebetulan kita duduk sebagai orang kedua, kita selalu terjebak untuk justru tidak `mendengar’ tapi justru berusaha menyampaikan pendapat kita yang kebanyakan seolah membandingkan apa yang dialami orang pertama adalah sesuatu yang dulu pernah kita alami. Inilah yang dalam teorinya disebut sebagai Autobiograpical Response.
Biasanya ada empat jenis perilaku orang kedua yang demikian. Yang pertama adalah yang disebut sebagai advising atau menasihati. Setiap orang pertama yang menyampaikan masalahnya kepada orang kedua. Sering dianggap oleh orang kedua, bahwa yang diinginkan sang orang pertama adalah `sebuah nasihat’. Atas asumsi inilah kemudian si orang kedua begitu antusias memberikan solusi, jalan keluar berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Padahal, belum tentu yang dibutuhkan si orang pertama adalah sebuah nasehat.
Yang kedua adalah yang disebut sebagai probing (menyelidiki). Tidak jarang orang kedua terjebak untuk berkeinginan mewawancarai dan menyelidiki si orang kedua. Bukan dalam rangka untuk berusaha mengerti orang pertama, tapi seolah dalam rangka upaya untuk mengumpulkan data untuk kepentingan orang kedua itu sendiri.
Yang ketiga adalah intrepreting (menafsirkan) . Biasanya ditandai dengan orang pertama yang belum selesai bicara, selalu saja dipotong pembicaraannya oleh orang kedua dengan segala penafsiran-penafsir an. Terutama penafsiran bahwa yang dialami oleh orang pertama adalah hal yang juga persis pernah dialami oleh si orang kedua. Seperti contoh pembicaraan dua orang di ruang tunggu di bandara yang saya ceritakan di atas.
Kemudian yang keempat adalah apa yang diistilahkan dengan menilai (evaluating) . `Sejak semula kamu memang salah! Seharusnya kamu…’, adalah kata-kata yang biasanya dilakukan si orang kedua dalam evaluating. Menggurui dan menghakimi! Biasanya orang menyederhanakannya dengan istilah seperti itu.
Orang bijaksana adalah orang yang tahu betul kapan dia harus berbicara dan kapan dia harus (hanya) mendengar. Dan itu semua ternyata juga tidak mudah. Karena biasanya setiap kali seseorang yang mendengar sebuah keluh kesah dari orang pertama, orang kedua selalu saja terpancing untuk menasehati, meyelidiki, menafsirkan ataupun menggurui dan menghakimi!
Silahkan anda bertanya kepada diri anda sendiri. Berapa kali istri anda setiap kali berkeluh kesah kepada anda selalu kemudian berakhir dengan di mana anda justru panjang lebar menasehati istri anda?
Atau mungkin suatu saat pernah anak anda berusaha berbagi apa yang terjadi dengannya, pertama kali merasa tertarik dengan lawan jenisnya, pertama kali mengalami kekecewaan, pertama kali mengalami kegagalan, yang mereka butuhkan mungkin hanya sekedar agar anda mendengar dengan antusias dan ikut merasakan apa yang mereka alami. Tapi kemudian anda justru seolah menginterogerasinya !
Juga suatu ketika bawahan anda bermaksud mengadukan nasib karirnya kepada anda, tapi justru anda merespon dengan cara menggurui dan menghakiminya.
Sebuah komunikasi akan efektif bila di antaranya, anda mampu untuk membawa diri anda berusaha mengerti lawan bicara anda. Upaya untuk mengerti salah satunya adalah dengan cara mendengar, sesuatu yang tidak pernah diajarkan secara formal di sekolahan.
Tapi, menurut saya, `mendengar’ juga tidak begitu susah untuk dilakukan. Yang dibutuhkan mungkin hanyalah sebuah ketulusan. Ketulusan untuk jujur pada diri sendiri mau berusaha untuk mengerti orang lain…

Sumber: Maukah Anda Mendengar?! oleh Pitoyo Amrih

Siapa Yang Kaya, Siapa Yang Miskin

Suatu hari, seorang ayah yang berasal dari keluarga kaya membawa anaknya dalam suatu perjalanan keliling negri dengan tujuan memperlihatkan pada si anak bagaimana miskinnya kehidupan orang-orang di sekitarnya. Mereka lalu menghabiskan beberapa hari di sebuah rumah pertanian yang dianggap si ayah dimiliki keluarga yang amat miskin.

Setelah kembali dari perjalanan mereka, si ayah menanyai anaknya :
"Bagaimana perjalanannya, nak?"
"Perjalanan yan hebat, yah".
"Sudahkah kamu melihat betapa miskinnya orang-orang hidup?", si ayah bertanya.
"Oh, tentu saja", jawab si anak.
"Sekarang ceritakan, apa yang kamu pelajari dari perjalanan itu", kata ayah.
Si anak menjawab, "Saya melihat bahwa kita punya satu anjing, tapi mereka punya empat anjing. Kita punya kolam renang yang panjangnya sampai pertengahan taman kita, tapi mereka punya sungai yang tidak ada ujungnya. Kita mendatangkan lampu-lampu untuk taman kita, tapi mereka memiliki cahaya bintang di malam hari. Teras tempat kita duduk-duduk membentang hingga halaman depan, sedang teras mereka adalah horizon yang luas. Kita punya tanah sempit untuk tinggal, tapi mereka punya ladang sejauh mata memandang. Kita punya pembantu yang melayani kita, tapi mereka melayani satu sama lain. Kita beli makanan kita, tapi mereka menumbuhkan makanan sendiri. Kita punya tembok di sekeliling rumah untuk melindungi kita, sedangkan mereka punya teman-teman untuk melindungi mereka.

Ayah si anak hanya bisa bungkam.
Lalu si anak menambahkan kata-katanya, "Ayah terima kasih sudah menunjukkan betapa MISKIN nya kita".
Bukankah itu perspektif yan indah?
Membuat anda bertanya-tanya apa yang akan terjadi bila kita semua mengucap syukur untuk semua yang kita miliki, daripada kuatir tentang apa yang tidak kita miliki.
Hargailah setiap hal yang anda miliki. Hargai setiap teman anda dan tolong mereka dengan memberi kesegaran baru pada cara pandang dan paradigma mereka.
Hidup ini terlalu singkat dan teman-teman (sebanyak apapun) terlalu sedikit.

Keputusan Kucing

Seekor ayam hutan telah membuat sarangnya di bawah sebuah pohon besar. Dia sering keluar untuk mencari makan. Keinginannya untuk mencari makan membawanya ke ladang jagung di dekat sarangnya. Jagung yang ranum adalah makanan kesukaannya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tinggal di ladang itu beberapa hari dan berpesta setiap hari.

Sesudah beberapa hari di sana, dia kembali ke sarangnya. Dia mendapati seekor kelinci telah menempati sarangnya. "Keluar!" perintah ayam hutan kepada kelinci, "Ini rumahku". "Sekarang ini rumahku", bantah kelinci, "Aku sudah tinggal di sini beberapa hari". "Tidak ada alasan apapun", sanggah sang ayam, "Akulah penghuni tetap di sini dan rumah ini milikku". Kelinci pun balik membantah, "Tetapi aku berhak atas rumah ini karena aku menempati rumah kosong". Walaupun telah dibantu oleh bintatang-binatang tetangga, masalah itu tidak juga selesai. Oleh karena itu, masalah itu pun dibawa kepada si kucing jantang, sang hakim.

Kucing jantan bukan termasuk keluarga kucing biasa. Dia berdiri di atas kaki belakangnya dan kaki depannya memegang tasbih. Setiap saat dia mengucapkan nama Tuhan. Seekor binatang yang saleh dan takut akan Allah akan bersikap adil dan tidak memihak, pikir ayam hutan dan kelinci.

"Tuan, kami datang ke sini untuk mnyelesaikan percekcokan kami. Keputusanmu adalah yang terakhir dan akan kami terima", kata ayam hutan dan kelinci. "Katakan kepada saya perkara kalian", jaab kucing jantan. Kemudian ia mempersilakan ayam hutan yang pertama-tama bicara. Ayam hutan menyampaikan perkaranya dengan bersemangat. "Sekarang engkau, katakan perkaramu", kata kucing kepada kelinci.

Sesudah mendenganr kedua belah pihak berbicara, kucing ingin mengajukan beberapa pertanyaan. "Mari lebih dekat ke sini karena saya agak tuli". Lalu keduanya mendekat. Tiba-tiba hakim kucing melepaskan tasbihnya. Segera dia menerkam kedua binatang itu. Dia menyelesaikan percekcokan mereka selamanya dengan memakan keduanya.

Percekcokan adalah akar kecelakaan

  • Menghayati Ekaristi
 Kita ini penuh dengan keinginan bermacam-macam yang sering saling bertentangan, sehingga tidak tahu apa yang harus kita mohon kepada Tuhan. Hanya doa yang diterangi iman atas nama Kristus, yang dapat mempersatukan keinginan-keinginan kita di hadapan Tuhan. Dialah akhirnya yang akan mengabulkan.

Jumat, 15 Oktober 2010

Lebih Dari Sekedar Bekerja

Untuk apa kita bekerja?
Apa kita bekerja untuk makan? Atau kita makan untuk bekerja? Semua orang bekerja. Menanggung lelah, menahan jengkel, memeras pikiran, mengucurkan keringat, menghabiskan tenaga, membanting tulang dari pagi sampai sore.

Bayangkanlah paramedis di UGD yang seharian berdiri menunduk menjahit robekan tubuh korban yang mengerang kesakitan karena ususnya terburai. Atau seorang masinis kereta api yang pukul 3 pagi sudah menyalakan tungku batu bara lokomotif. Atau bahkan bayangkan pekerjaan seorang ibu rumah tangga, yang tak pernah ada habisnya. Untuk apa mereka bekerja? Untuk apa kita bekerja?

Kita bekerja untuk mendapatkan nafkah. Sesempit itukah tujuan kita kerja? Apa hidup ini hanya bertujuan untuk mencari nafkah?

Kita adalah makhluk yang lebih dari sekedar punya mulut dan perut saja. Kita memiliki martabat dan hati nurani. Martabat diri itu tidak akan terwujud dengan hanya ongkang kaki. Karena itulah kita bekerja. Dengan bekerja diri kita diaktualkan. Dengan bekerja diri kita jadi berarti dan memberi arti.

Punya arti dan memberi arti bisa dilakukan tiap orang, betapa pun kecil pekerjaannya. Yang diperbuat seorang penjaga pintu lintasan kereta api bukan sekedar menjaga pintu kereta, tapi menjaga puluhan nyawa manusia. Yang diperbuat ibu bukan sekedar menyiapkan nasi, melainkan menyiapkan masa depan anak-anaknya.

Setiap orang perlu bekerja. Sebab itu, yang diberikan Tuhan kepada Adam pertama-tama adalah pekerjaan, bukan istri. Belajarlah dari semut, yang bekerja dengan rajin dan tekun, tidak banyak bicara dan tida egois. Kerja adalah ibarat senar gitar. Terlalu kencang dia putus, terlalu kendor malah tidak bunyi.

Kita bekerja karena Tuhan bekerja. Tiap pagi Tuhan membangunkan surya. Tiap petang Ia menidurkan senja. Ia meniup awan. Ia meneteskan hujan. Ia menghidupkan indung telur. Ia menghembuskan nafas kehidupan ke jabang bayi. Ia mengajar ikan berenang. Ia mengawasi merpati yang terbang kian kemari.

Ketika kita bekerja, Tuhan berada di dekat kita. Sekali-kali Ia menolah kepada kita. Ia tahu bahwa kita letih. Ia juga letih. Ia pun mengangguk kagum melihat kita melihat saat kita mengerjakan tugas dengan ketekunan.

"Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan...". Kita bekerja karena hidup ini memiliki arti. Kita bekerja supaya hiduo ini memberi arti. Hidup ini cuma sekali. Sekali berarti sesudah itu mati. Pertanyaannya, apakah hidup kita sekarang ini sudah memiliki arti dan memberi arti?

Selamat bekerja.... Selamat berkarya...

Katak di Air Susu

Ada 2 ekor anak katak. Ketika bermain di sekitar tong penuh air susu, mereka tergelincir dan jatuh ke dalamnya. Keduanya berusaha melompat keluar, tetapi tidak berhasil. Cairan susu tidak dapat menjadi tumpuan bagi kaki mereka.

Salah seekor katak sudah menyerah. "Tidak mungkin", katanya. Dia tidak berenang lagi, tenggelam, dan mati. Akan tetapi, katak temannya memutuskan untuk menghadapi situasi itu. "Aku harus terus berenang sampai keadaan yang lebih baik terjadi", katanya tegas.

Gerakan terus - menerus berenang itu mengaduk air susu. Beberapa saat kemudian, kepala susu menggumpal di permukaan air susu. Itu menyiapkan landasan yang kuat bagi katak yang nekad itu. Untuk melompat dari dalam
tong susu sekarang cukup mudah. Katak itu berhasil keluar, hidup, dan percaya diri.

Setiap usaha ada hasilnya

Disadur dari:
Cercah - cercah hikmah, P. Cosmas Fernandes, SVD, Kanisius

  • Menghayati Ekaristi
 Sebagaimana hidup, iman pun diberikan kepada semua orang. Bukan karena jasa, tetapi berkat rahmat Allah. Itulah dinamika hidup. Kita diharapkan terbuka dan bersedia menumbuhkan iman itu dengan subur, agar dapat berbuah. Tetapi pada hakekatnya Tuhanlah yang berkarya, dan menurut St. Agustinus, "dengan mengganjar jasa kita, Ia mengganjar pemberian-Nya". Maka takkan pernah cukuplah kita berterima kasih kepada Tuhan. Sebab dengan bersatu dengan-Nya melalui iman, Ia menyembuhkan kita dari kuasa dosa dan memberi hidup dari hidup-Nya sendiri.

Selasa, 05 Oktober 2010

Warta Paroki 3 Oktober 2010

Misa Harian di Gereja St. Teresia Jambi :
  • Senin & Selasa pkl 06.00 WIB
  • Rabu, Kamis, & Jumat pkl 17.30 WIB
WARTA UMAT

Jadwal Petugas Liturgi Minggu Depan Hari  Minggu Biasa XXVIII:


Hari, tanggal dan waktu
Sabtu,
09 Okt. 2010
Minggu, 10 Oktober 2010
Pkl. 17.30
Pkl. 06.30
Pkl. 09.00
Pkl. 11.00 (Gereja Baru)
Pkl. 17.00
Koor dan Ketertiban
Legio Maria
WKRI
RS. St. Theresia
St. Gregorius
St. Nicholas
Organis
*)
*)
*)
*)
*)
Prodiakon
BM. Sinulingga
Sr. FMM (2)
Pkl. 09.00
Budi Suwandi
A. Yanto Suryanata
Sr. SJD (2)
CP. Ponijo
Anton Muliadi
PC. Susanto
G. Mujodo
L. Sunardiyono
S. Pinayungan
A. Bambang Semedi
Ign. Widi Santoso
P. Eddy Yanto
Y. Bambang Purwanto
G. Mudo Sumantoro


B. Situmorang

Misdinar



--




--

 Parkir
St. Theresia Avilla
St. Fransiskus Xaverius
St. Clara
--
Renha Rosari
 
Keterangan : *) ditunjuk oleh wilayah atau kategorial yang sedang bertugas.

  • Bina iman anak Bunda Kudus Kids setiap hari Sabtu pukul 17.00 Wib di gedung paroki
  • Renungan harian bulan Oktober tersedia di warung paroki
  • Telah dibuka Kursus Persiapan Perkawinan (Kuperper), bagi yang berminat untuk mengikuti Kuperper dipersilahkan mendaftarkan diri di sekretariat paroki setiap jam kerja pada hari Senin s.d. Sabtu. Informasi selengkapnya dapat dibaca pada papan pengumuman
  • Bagi para mahasiswa, Kuliah Agama Katolik akan mulai dilaksanakan pada hari Jumat, 10 Oktober 2010, pkl. 12.00 WIB bertempat di Gedung Paroki lt. 2
  • Akan diadakan Seminar untuk para remaja usia 14 - 19 tahun dengan tema "LOVE, DATING, & SEX" yang akan diadakan pada : SABTU (9 Oktober 2010) pkl. 16.00 - 19.00 WIB & MINGGU (10 Oktober 2010) pkl. 08.00 - 13.00 WIB. Tempat : Aula SMP/A Xaverius 1 Palmerah Jambi. Biaya Rp 25.000,- /orang (pengganti biaya makan malam, siang, dan snack). Pendaftaran melalui guru Agama Katolik di sekolah masing-masing atau dapat menghubungi : Lina Kaslan : 0811747719 dan Ibu Maria Pikwen : 081367702233. Penyelenggara : PDKKJ

Daftar Usulan Nyanyian  Misa


     Tanggal dan Hari
Pembuka
Mazmur Tanggapan
Alleluya/Bait Pengantar Injil
Persiapan Persembahan
Komuni
Madah Syukur
10 Oktober 2010
Minggu Biasa XXVIII
MB
160/608
MTA 807
MTA
955
MB
489/667
MB
283/691
MB
285/701
17 Oktober 2010
Minggu Biasa XXIX
MB
165/794
MTA 805
MTA
953
MB
232/664
MB
287/694
MB
531/702
24 Oktober 2010
Minggu Biasa XXX
MB
169/729
MTA 816
MTA
958
MB
244/662
MB
289/695
MB
475/757
31 Oktober 2010
Minggu Biasa XXXI
MB
173/612
MTA 836
MTA
956
MB
235/668
MB
280/691
MB
509/705
1 Nopember 2010
HR Semua Orang Kudus
MB
551/824
MTA 841
MTA
955
MB
554/774
MB
286/695
MB
300/552
2 Nopember 2010
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman
MB
78/84
MTA 801
MTA
965
MB
82/665
MB
88/830
MB
91/829
7 Nopember 2010
Minggu Biasa XXXII
MB
170/607
MTA 810
MTA
952
MB
242/664
MB
292/766
MB
307/699

   
Bacaan Dalam Pekan Ini :


Hari dan tgl
Bacaan
Hari dan tgl
Bacaan
Senin,
04 Oktober 2010
Gal. 1:6-12
Mzm. 111:1-2,7-8,9,10c
Luk. 10:25-37
Kamis,
07 Oktober 2010
Gal. 3:1-5
MT Luk. 1:69-72,73-75
Luk. 11:5-13
Selasa,
05 Oktober 2010
Gal. 1:13-24
Mzm. 139:1-3,13-14ab,14c-15
Luk. 10:38-42
Jumat,
08 Oktober 2010
Gal. 3:7-14
Mzm. 111:1-2,3-4,5-6
Luk. 11:15-26
Rabu,
06 Oktober 2010
Gal. 2:1-2,7-14
Mzm. 117:1,2
Luk. 11:1-4
Sabtu,
09 Oktober 2010
Gal. 3:22-29
Mzm. 105:2-3,4-5,6-7
Luk. 11:27-28

 
  Akan saling menerimakan
 Sakramen Perkawinan

1.     Sdr. F.X. Heri Sutikno dengan. Sdri. Fransiska Ririn Hastuti (3)
2.     Sdr. Aloysius Gonzaga Ifan Satriadi dengan. Sdri. Yati Irawan (3)
3.     Sdr. F.X. Bambang Gunadi dengan. Sdri. Frisiria Paska Ningrum (2)
4.     Sdri. Irma Yana Herna Nova K. Manik dengan. Sdr. Arnold (1)
5.     Sdr. YB. Donny Anung Priyo Wibowo dengan. Sdri. Margaretha Yulia Yuli Kristanti (1)
6.     Sdr. Igantius Bowo Sarjito dengan. Sdri. Imelda Resti Okvitasari (1)
7.     Sdri. Nora Handayani Nadeak dengan. Sdr. Yohanes Jambinter Naibaho (1)