Cari Blog Ini

Senin, 06 September 2010

Temu OMK Jaluko II


Orang muda adalah gereja masa depan yang harus dipersiapkan sedini mungkin agar mmapu melahirkan pribadi-pribadi militan yang siap menghadapai tantangan jaman dan mempersiapkan gereja di masa mendatang. Kelompok orang muda harus senantiasa berdinamika dan didampingi agar geraknya dalam proses pendewasaan dan pematangan tersebut tidak salah arah. Maka dibutuhkan kegiatan kreatif dan bermanfaat guna menarik minat orang muda untuk hidup menggereja dan pendampingan bagi orang muda dalam mengenal tantangan jaman.

Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh OMK Jaluko II yang digerakkan oleh OMK Stasi Sungai Duren dibantu oleh OMK Paroki St. Teresia Jambi untuk mengumpulkan orang muda untuk berdinamika dalam sebuah temu orang muda. Kegiatan ini sendiri berlangsung dari hari Sabtu-Minggu, 28-29 Agustus 2010 bertempat di Kapel St. Agustinus, Sungai Duren dengan tema “Kau sahabatku, kau saudaraku”. Kegiatan ini mendapat sambutan yang cukup besar dari OMK ataupun orang tua yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Sebanyak 225 orang muda hadir sebagai peserta yang berasal dari Stasi. Bahar, Stasi Tembesi, Stasi Bulian, Stasi S. Duren sebagai tuan rumah kegiatan dan OMK Paroki St. Teresia
Tidak hanya sekedar temu dan bersenang saja tetapi moment ini dimanfaatkan panitia untuk menambah wawasan peserta tentang berbagai hal yang menyangkut dunia orang muda. Diantaranya adalah dengan memasukkan materi Narkoba yang dibawakan oleh dr. Asianto Supargo. Materi ini menyampaikan tentang narkoba yang sangat dekat bersentuhan dengan orang muda sehingga diharapkan orang muda mampu membentengi diri akan bahaya narkoba. Materi selanjutnya adalah Seks Bebas dan HIV/AIDS yang dibawakan oleh dr. Yekti untuk memperkenalkan kepada peserta mengenai bahaya seks bebas bagi kesehatan dan penyakit yang bisa ditularkan seperti HIV/AIDS. Materi ini disambut dengan baik oleh peserta karena menambah wawasan akan banyak hal seputar dunia orang muda. Materi yang tidak kalah menarik adalah Aborsi yang mencoba menanamkan gerkan Pro-life bagi orang muda. Materi yang dibawakan oleh Sr. Rina, FMM ini mampu memberikan permenungan yang mendalam bagi orang muda betapa berharganya hidup janin yang bahkan masih berusia 1 bulan atau baru saja terbentuk. Dalam materi ini, Sr. Rina juga mengajak mengenal bahaya aborsi bagi wanita dan mendengarkan sebuah surat cinta dari janin yang digugurkan oleh ibunya. Tak hayal, surat ini menimbulkan haru diantara peserta.

Setelah sesi materi, peserta diajak untuk mengikuti acara api unggun. Api unggun ini sendiri dikemas dalam 3 tahap. Pertama adalah refleksi dan renungan akan kondisi alam di mana kita tinggal. Renungan ini juga menampilkan bagaimana alam rusak karena ulah manusia dan ini mengancap keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Kedua adalah refleksi bagi anak akan kehadiran ibu dalam hidup mereka. Narasi singkat yang dibacakan panitia mampu membuat seluruh peserta menangis terutama peserta yang tidak lagi memiliki ibu. Ketiga adalah refleksi bagi ayah. Narasi singkat ini bahkan membuat banyak peserta menangis bahkan pingsan. Renungan diakhiri dengan ritual pembasuhan kaki dimana orang tua diwakilkan oleh 2 pasang suami istri. Waduh…merinding rasanya ketika melihat banyak orang muda tergerak hatinya untuk membasuh kaki, mencium dan sujud dihadapan orang tua yang bukan orang tua mereka pra lambing orang tua mereka sendiri. Bahkan karena terlalu haru, banyak dari peserta yang jatuh pingsan. Usai pembasuhan kaki, acara ditutup dengan pembakaran api unggun tanda pembakaran niat, sifat buruk dan sebagai bukti lahirnya manusia baru yang disucikan oleh api roh kudus.


Acara dilanjutkan pada pagi hari tepat pukul 6.30 dengan outbound mengelilingi kebun umat. Peserta yang dibagi dalam 6 kelompok tetap antusias walaupun kurang tidur karena pada malam sebelumnya tempat tidur bagi peserta pria tergenang air hujan yang turun sepanjang malam. Dalam kegiatan ini peserta harus melewati 7 pos yang disiapkan panitia. Walau panas dan lapar semangat mereka tetap saja membumbung tinggi. Walau lelah. Dalam setiap pos para peserta tetap kompak dan selalui membumbui permainan dengan tingkah aneh dan obrolan unik terutama teman-teman yang dari suku Batak, Cina dan Jawa yang terkadang saling “nyentil” ala sukunya.

Acara ditutup dengan misa yang dipimpin oleh Rm. Petrus Subowo, SCJ yang merupakan pastor moderator orang muda. Dalam kesempatan ini. Rm. Mengajak seorang katekis gereja yakni Pak Tukijan untuk membagikan pengalamannya seputar hidup menggereja dalam kotbah. Walau sudah tua tapi jangan salah teman, jiwa dan semangatnya tetap muda. Dalam kotbahnya, room menegaskan visi Keuskupan Agung Palembang agar orang muda juga menjiwai dan menyemangati visi ini terutama menjadi murid-murid Kristus, menjadi garam dan terang dan menjadi orang muda yang militan.

Pada penutupan acara, Frater Sugiarno juga memberikan “hadiah” kecil sebagai tanda mata untuk pulang yakni “duit” yang berarti doa, usaha, iman dan taat. Setelah pulang orang muda tidak tidur tapi dengan “duit” ini membeli dan membawa banyak hal untuk dilakukan bagi gereja dan negara.(ernifs)