Cari Blog Ini

Rabu, 27 Februari 2013

Kegiatan Rutin OMK Paroki St Teresia Jambi untuk beberapa minggu ini

1. Latihan Kor setiap hari Senin pukul 19.30-21.00 wib di Gereja (Tuga Minggu Palma)

2. Rapat pemantapan Panitia Sijambu 2013, setiap hari Rabu pukul 19.30 di gedung paroki

3. persiapan dan Latihan drama penyaliban (tablo), setiap hari kamis pukul 19.30 di Gereja


4. Kebugaran OMK Futsal di Dolog City,the hok. setiap hari jumat pukul 19.00-21.00

info lebih lanjut : Rafael Steven : 085278087683 (ketua OMK)

Misa Perdana Romo Black - Gambar bercerita













Senin, 11 Februari 2013

Misa Tahun Baru Imlek


Minggu Biasa ke V  tahun  penanggalan liturgi 2013 jatuh pada hari Minggu  10 Februari 2013, bertepatan dengan Tahun Baru Imlek tanggal  1 CIA GWEE 2564.

Pada Misa yang pertama di Gereja Sta. Teresia Jambi hari Minggu tersebut seluruh bacaan misa tetap sesuai penanggalan liturgi, namun suasana peribadatan bernuansa Imlek. Gereja dihiasi pernak-pernik ala Tiong Hoa, lampion dan sebagainya dalam nuasansa merah meriah.  Koor dipersiapkan secara khusus dengan lagu-lagu berbahasa Mandarin, termasuk ordinarium dan lagu Bapa Kami, hanya embolisme tetap memakai bahasa Indonesia sesuai dengan buku Madah Bakti.

“ Tahun ini adalah tahun kesepuluh kita merayakan Misa dalam rangka Tahun Baru Imlek, dimulai sejak RM J. Puryanto, SCJ masih sebagai Pastor Paroki ” kata B. Indarin Yohansyah, wakil ketua umum Dewan Pastoral Paroki Sta. Teresia Jambi.

Selesai Misa dibagikan jeruk yang melambangkan kebersamaan dan kesatuan, sementara pada saat pemberkatan anak-anak sekaligus dibagikan ang pao sebagai lambang keberuntungan yang dibagikan kepada sesama.


Semoga ditahun Ular Air ini membawa berkah yang melimpah (Cai Yuan Guang Jin); sukses dalam segala cita-cita (Wan Shi Ru Yi) serta damai sejahtera seluruh keluarga  (He Jia Ping An).



kelompok koor mandarin


Persembahan

Kelompok Koor

Gong Xi Fa Cai, Xin Nian Kuai Le.

Rabu, 06 Februari 2013

Profil Imam Baru





Sebutannya sungguh unik: Frater Black, banyak orang memanggilnya dengan sebutan itu. Sesungguhnya dia adalah Fr. Paulus Kristanto, berasal dari stasi Sto. Tarsisius- Karang Pulau, Kuasi Paroki Ketahun, Bengkulu Utara. Akan ditahbiskan pada tanggal 6 Februari 2013 di paroki tempat asalnya yakni Paroki Sto. Yohanes-Bengkulu.


“Saya tidak berkeberatan dipanggil frater Black”  kata anak bungsu dari dua bersaudara yang lahir dari pasangan Anastasia Suripti dengan Agustinus Suwardi ini. Baginya panggilan black mempunyai makna kedekatan hubungan dan sapaan yang akrab, dan menurutnya black itu singkatan dari Berhati Lembut Andalkan Cinta Kasih. “Ini sesuai dengan motto tahbisan saya: ‘Aku tergerak oleh karena kasih setia-Mu’, yang bersumber dari Kitab Ratapan 3 : 22 ”  tambahnya.

Frater Paulus adalah alumni SMA Negeri 2 Bengkulu mengaku bahwa keinginannya menjadi seorang imam muncul dari dirinya sendiri sejak masih kecil, meskipun sesungguhnya keinginan masuk seminari sejak lulus SMP tertunda karena ketaatannya kepada orang tua yang menyarankan agar lebih baik masuk seminari setelah lulus dari SMA saja.

Cita-cita sejak masa kanak-kanaknya tumbuh berkembang diawali oleh teladan seorang imam yang selalu melayani umat ditempat asalnya, Pastor Niko (Nicolaas van Steekelen Burg).  Baginya Pastor Niko adalah seorang imam yang sungguh menjadi dambaan dan idola. Banyak sisi yang dapat ia teladani dari segi kesederhanaan, keramahan, pemikiran maupun kesetiaannya sebagai seorang imam.

Ditanya mengapa tidak memilih menjadi imam dalam Konggregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) sebagaimana idolanya, Fr. Paulus Kristanto dengan tangkas dan bijaksana menjawab: “Saya ini anak yang lahir dan dibesarkan di Keuskupan Agung Palembang, sementara dioses ini memerlukan banyak imam. Maka saya terketuk hati untuk mengabdikan diri menjadi seorang imam diosesan, mencurahkan segala tenaga, kemampuan dan pemikiran untuk Keuskupan Palembang. Menjadi imam konggregasi sama baiknya dengan menjadi imam projo, hanya peluang untuk bertugas diluar dari keuskupan ini lebih besar bagi imam-imam konggregasi”.

Menurutnya menjalani masa penpas (pengolahan pastoral) di dua paroki yang berbeda yakni satu setengah tahun di Paroki Sto. Stephanus – Curup dan  satu tahun di Paroki Sta. Teresia – Jambi merupakan pengalaman tersendiri yang masing-masing membawa kesan meneguhkan. “Jujur saya katakan kalau tadinya saya merasa ‘gamang’ ketika hendak ditugaskan di Paroki Jambi. Tetapi saya berpegang teguh pada komitmen kesetiaan saya terhadap pimpinan gereja yakni Bapak Uskup” katanya. Kesetiaannya sungguh teruji ketika taat pada ayah untuk menunda masuk seminari dan ketika ditugaskan ke paroki Jambi oleh Uskup pimpinanya, meski dalam lubuk hatinya tersimpan rasa gamang. “Relasi seorang imam diosesan dengan uskupnya itu seperti relasi seorang anak dengan ayah. Akan menjadi seperti apa jika seorang anak tidak taat kepada ayanya. Disini saya banyak belajar ketaatan” katanya.

“Bagi saya, tempat dimanapun saya ditugaskan adalah surga. Prinsipnya adalah hidup dalam komunitas sehingga kita merasa enak, enjoi dalam bersaksi mewartakan kabar suka cita” kata Fr. Paulus Kristanto. Ia sendiri berpendapat bahwa setiap pelayanan pendampingan bagi kelompok apapun harus terjun langsung terlibat didalamnya. Hanya saja sebagai pendamping mempunyai tugas khusus yakni sebagai animator, fasilitator dan sebagai motifator.

Selama masa pengolahan pastoral di Paroki Sta. Teresia Jambi ia sering terlihat membaur dalam kelompok BIAK (Bina Iman Anak Katolik); OMK (Orang Muda Katolik); Legio Maria dan KBM (Kelompok Basis Mahasiswa) yang seluruh anggotanya adalah mahasiswa-mahasiswa beragama katolik.


Melihat potensi yang sangat besar pada kelompok OMK Jambi, frater yang berperawakan kekar legam ini berpikir dan mencita-citakan cara pengelolaan potensi serta pendampingan yang khas, bagaimana supaya OMK sebagai bagian umat katolik menjadi komunitas yang eksis dengan satu hal yang khas orang muda.

Selamat Frater Black untuk menjadi Presbiter : Rm Paulus Kristanto, Pr.

Selasa, 05 Februari 2013

PAROKI SANTA TERESIA JAMBI MERANGKAI SYUKUR DI TAHUN IMAN


Ch.P.Margiyatno

Tahun Iman dicanangkan oleh Yang Mulia Bapa Suci  Benediktus XVI dimulai dari tanggal 11 Oktober 2012 yang bertepatan dengan ulang tahun yang ke 50 pembukaan Konsili Vatikan II, dan akan ditutup pada Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam  yakni pada tanggal 24 November 2013. Dalam Perayaan Tahun Iman kali ini Paroki Sta. Teresia Jambi  merangkai syukur sekaligus memperingati 90 Tahun Prefectur Apostolic Bengkulu yakni cikal bakal berdirinya Keuskupan Palembang;   40 Tahun Imamat Yang Mulia Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ yang ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 14 Desember 1972 saat itu bersama dengan Rm. St. Endrakaryanta, SCJ di Paroki Tugumulyo; dan Peringatan 10 Tahun Keuskupan Agung Palembang.   

Pastor Paroki Sta Teresia Jambi, Rm Antonius Yuswita, SCJ mengajak seluruh umat untuk menyatukan syukur dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ pada hari Minggu, 3 Februari 2013. “Kasih Tuhan itu tidak terkira, keagungan cinta-Nya tak berkesudahan dan bagai seorang petani Ia begitu setia menjamin pertumbuhan benih yang ditabur-Nya. Ia mengolah tanah begitu suburnya, menabur benih dengan sukacita, menunggu pertumbuhannya. Memupuk, menyiangi dan penuh kesabaran menanti buahnya, oleh sebab itu mari kita bersyukur dalam Ekaristi”. kata Rm Yuswita.
 
Sembilan puluh tahun yang lalu Tuhan mulai menabur benih kerajaan-Nya dibumi Pasemah, dan bagai biji sesawi kerajaan-Nya telah bertumbuh dan berkembang keseluruh wilayah Sumatera bagian selatan yang meliputi provinsi Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan. Pertumbuhan itu juga meninggi, berawal dari Perfektur Apostolik tahun 1923, menjadi Vikariat Apostolik tahun 1939, menjadi Keuskupan tahun 1961 dan Keuskupan Agung Palembang tahun 2003.

Untuk menjamin pertumbuhan benih itulah empat puluh tahun yang lalu Tuhan mengutus Aloysius Sudarso sebagai Imam, kemudian enambelas tahun lalu menariknya menjadi Uskup dan enam tahun kemudian menjadikannya Uskup Agung. Sembilan puluh tahun bukanlah sebuah kurun waktu yang singkat untuk menjadi Gereja yang hidup dan empat puluh tahun bukanlah rentangan hari yang pendek untuk sebuah ziarah imamat. Hanya karena kelimpahan rahmat dari Allah yang telah menabur dan yang memanggil, semua rencana-Nya menjadi nyata.

Dalam umat ada Roh Allah.

Paroki Sta. Teresia yang pada tahun 1935 hanya terdiri dari beberapa orang etnis Tionghoa kini telah berkembang menjadi paroki yang besar, karena dalam diri umat ada Roh Allah yang menggerakkan dan menjadi sumber kekuatan.

Bapak Uskup dalam homilinya berharap agar seluruh umat mampu menghayati imannya serta melaksanakan dalam perbuatan nyata. “Sebab Tuhan itu hidup dan berkarya dalam diri seseorang, dalam keluarga, dan dalam Gereja. Maka kita jangan pernah berhenti dan putus asa dalam berupaya menjadi Gereja yang ramah dan peduli. Ramah terhadap lingkungan sekitar maupun terhadap setiap orang yang kita jumpai. Seperti Tuhan Yesus sendiri dalam bacaan Injil hari ini, tiada pernah berhenti mengajar dan mewartakan keselamatan meski banyak tantangan dan hambatan, bahkan tidak dihargai orang” kata Bapak Uskup.

Mengapa tahun ini dicanangkan sebagai Tahun Iman? Monsignur Sudarso menjelaskan: “Karena di zaman yang serba modern ini iman menghadapi banyak tantangan. Oleh karena itu Gereja merupakan Pasamuan Suci dimana banyak umat berbagai lapisan dapat berkumpul dan bertemu, mesti menjadi tempat pembinaan berbagai bidang bagi anak-anak agar iman kekatolikannya menjadi tumbuh dan berkembang; Gereja menjadi tempat pelatihan yang bagus untuk para bapak-ibu, orang tua dan para tokoh-tokoh umat agar dapat semakin mencintai keluarga dan sesamanya”. Demikian dijelaskan oleh Uskup Sudarso.

VCD Soegija

Tersedia VCD Soegija non edit (full version) dengan harga Rp 55.000.
Bagi teman-teman yang berminat silahkan hubungi omk paroki

Minggu, 03 Februari 2013

Menjadi Pemimpin Yang Militan

oleh Ch.P. Margiyatno

Menjadi pemimpin atau pengurus bukan hanya sekedar nama yang terpampang dalam struktur organisasi melainkan sungguh-sungguh menjadi pemimpin yang handal dan memiliki karakter yang kuat. Seorang pemimpin sejati mesti memiliki iman yang tangguh dan dewasa dalam tindakan sebagaimana diharapkan oleh Gereja”. Demikian dikatakan Rm. Repo dalam homili pada misa pembukaan Latihan Dasar Kepemimpinan yang diikuti oleh utusan-utusan OMK dari 15 wilayah dan 3 stasi se-Paroki Sta. Teresia Jambi.


Kali ini team Komisi Kepemudaan (Kom-Kep) Keuskupan Agung Palembang yang diwakili oleh Rm. Markus Reponata, MSC; Rm. Antonius Dwi Pramono, SCJ; dan Yuca Reprinda diserahi tugas oleh Seksi Kepemudaan DPP-Paroki Sta. Teresia Jambi untuk mengolah dan membimbing 31 peserta selama tiga hari 18 – 20 Januari 2013 bertempat di Bumi Perkemahan Sungai Gelam, Jambi.




Membangun komitmen
Harapan dan tumpuan Gereja ada pada orang muda, oleh karenanya para peserta diajak untuk menyadarai hal ini, memanfaatkan kesempatan pelatihan sebaik-baiknya dimana tidak semua orang mendapat kesempatan yang sama.

Menjadi seorang pemimpin tidak ada yang tiba-tiba, mesti melalui sebuah proses yang kadang-kadang terasa mulus dan lancar. Namun tidak jarang justru sebaliknya, merasakan hambatan, tantangan yang sering menjemukan. Agar tidak menjadi cengeng, mudah menyerah, seorang pemimpin mesti membangun komitmen.

Setia pada iman adalah kunci untuk menjadi seorang pemimpin yang militan, memiliki sikap semangat yang berkobar dan pantang berputus asa. Iman yang kokoh akan membuahkan rahmat, dalam rasa solidaritas dan kesetiakawanan seorang pemimpin diharapkan mampu menuntun dan mengayomi sesamanya kepada hal-hal yang lebih baik.


Alam dan suasana bumi perkemahan yang sejuk dan hening sungguh mendukung proses pelatihan yang dijabarkan melalui simulasi-simulasi kebersamaan, kepekaan terhadap lingkungan dan refleksi bersama.
Pada kesempatan ini juga dilaksanakan pemilihan pengurus baru OMK Sta. Teresia Jambi .