Oleh
Romo Richard Lonsdale *
* Dipersembahkan dengan
penuh kasih kepada Theresa dan William Lonsdale,
yang kini telah
menikmati sukacita surgawi, dari ananda yang mengasihimu.
MENGAPA MENGAKU DOSA ITU BAIK?
Dikatakan bahwa “Orang Katolik tidak perlu membayar biaya
Psikiater (= dokter ahli jiwa) seperti orang lain, sebab kita memperolehnya
secara gratis setiap hari Sabtu dalam Kamar Pengakuan.” Yah, pernyataan itu
tidak sepenuhnya benar - hanya sedikit saja imam yang memang seorang psikiater
- tetapi sungguh benar bahwa kamu mempunyai seorang penolong yang hebat untuk
memberimu nasehat serta penyembuhan dalam Sakramen Rekonsiliasi (atau Sakramen
Pengakuan Dosa) yang kamu terima secara teratur. LAGIPULA - dan ini
sesungguhnya yang lebih penting - kamu memperoleh kuasa Sakramen untuk
melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan dalam hidupmu agar memperoleh
damai.
Dikatakan juga bahwa “Pengakuan Dosa itu baik bagi jiwa.” Memang
benar demikian. Berbahaya sekali memendam persoalan-persoalan di dalam hati
kita sendiri. Seringkali, hal terbaik yang dapat kita lakukan ialah
membicarakannya dengan seseorang yang kita percaya. Dengan siapakah kita dapat
melakukannya lebih baik daripada dengan seorang imam Katolik?
APA ITU DOSA?
PADA DASARNYA, DOSA IALAH SESUATU YANG KITA LAKUKAN YANG MENYAKITI
ORANG LAIN. Jika kita menyakiti orang lain, kita bersalah. Mungkin tampaknya
terlalu “Katolik” untuk merasa khawatir akan kesalahan kita, tetapi kesalahan
sebenarnya adalah masalah tanggung-jawab. Jika kita menyakiti orang lain, kita
harus merasa bersalah karena kita bertanggung jawab atas penderitaan orang itu.
Tentu saja, ada sebagian orang yang khawatir akan kesalahan mereka
secara berlebihan. Mereka mempunyai skrupul batin (skrupul: sangat teliti,
bahkan kadang berlebihan, pada hal yang sekecil-kecilnya) dan merasa berdosa
dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Tetapi hal seperti itu sudah tidak
lazim lagi di abad ke-21 ini!
Kebanyakan orang tidak lagi peduli akan akibat-akibat dari
perbuatan mereka. Mereka hidup hanya untuk saat ini. Sesungguhnya, segala
sesuatu yang kita lakukan membawa akibat bagi orang lain, kadang-kadang akibat
baik, tetapi seringkali akibat buruk. Akibat itu disebut “Efek Domino” - yaitu
serentetan akibat yang dapat menimbulkan masalah selama bertahun-tahun.
Biasanya ada tiga pihak yang menderita karena dosa: orang yang
kamu sakiti, kamu sendiri, dan Tuhan. Mengapa Tuhan? Karena Tuhan adalah Bapa
semua orang. Semua Bapa menderita jika anak-anak mereka disakiti. Tuhan itu
penuh belas kasih. “Belas Kasih” artinya ikut merasa menderita dengan
penderitaan orang lain. Tuhan sungguh-sungguh merasakan penderitaan kita,
seolah-olah penderitaan itu menimpa Tuhan sendiri.
UNTUNGNYA, KITA DAPAT MELAKUKAN SESUATU
Begitu kita sadar bahwa kita menyakiti orang lain, saatnyalah bagi
kita untuk berubah. Itulah alasan utama Pengakuan Dosa. Tuhan mengampuni kita
DAN memberi kita pertolongan untuk berubah.
MENGAPA SAYA HARUS MENGAKUKAN DOSA-DOSA SAYA KEPADA SEORANG
MANUSIA?
Sebagian orang mengatakan bahwa mereka tidak perlu mengakukan
dosa-dosa mereka kepada seorang manusia. Mereka mengatakan bahwa mereka dapat
mengatakan kepada Tuhan bahwa mereka menyesal dan Tuhan akan mengampuni mereka,
di mana saja, dan kapan saja. Tetapi Sakramen Pengakuan Dosa (atau
Rekonsiliasi) lebih dari hanya sekedar pengampunan dosa. Jika kita
sungguh-sungguh menyesal, kita perlu berubah, berhenti berbuat dosa.
Imam adalah penasehat yang dapat menjelaskan mengapa kita bersalah
dan bagaimana kita dapat berubah. Imam tidak berada di sana untuk menghakimi atau pun menghukum
kita. Imam berada di sana
untuk menganalisa masalah serta menyarankan penyembuhannya. Ia dapat
menjelaskan segala sesuatunya dan bahkan akan mengatakan kepadamu jika kamu
memang tidak bersalah.
Penitensi adalah bagian dari penyembuhan. Penitensi merupakan
suatu langkah kecil awal untuk mengubah cara hidup kita. Kita tidak harus
mengubah cara hidup kita saat itu juga, tetapi kita harus berubah. Sakramen
Pengakuan Dosa memberi kita kekuatan untuk melakukan perubahan.
DARI MANAKAH SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA BERASAL?
Yesus-lah yang memulai Sakramen Rekonsiliasi. Pada hari raya
Paskah, Ia bersabda kepada para murid-Nya: “Sama seperti
Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah
berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah
Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau
kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:21-23)
Kuasa ini diwariskan selama berabad-abad. Sakramen adalah semacam
bahasa isyarat dari Tuhan. Sakramen berbicara langsung kepada jiwa. Tidak
seperti bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan memiliki kuasa untuk
melakukan apa yang dikatakannya. Isyarat dalam Sakramen Pengakuan adalah
absolusi (=pengampunan dosa) oleh imam. Gereja melaksanakan apa yang
diperintahkan Yesus kepada kita, “mengampuni dosa orang.”
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling
mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16)
PENITENSI
Absolusi adalah langkah awal dari proses perubahan. Penitensi (=
denda dosa) adalah langkah selanjutnya. Penitensi bukanlah suatu hukuman atas
dosa-dosa yang kita akukan. Penitensi adalah langkah untuk menyembuhkan.
Penitensi yang terbaik bukanlah setumpuk doa-doa belaka, tetapi tindakan-tindakan
nyata untuk mengatasi dosa. Misalnya, jika seseorang mengaku dosa karena marah
kepada sahabatnya, penitensinya kemungkinan adalah berlaku lebih lembut dan
sabar kepada sahabatnya itu. Memang suatu hukuman yang berat, tetapi dapat
menghasilkan mukjizat.
BAGAIMANA SAYA DAPAT MENGAKU DOSA DENGAN BAIK?
Selalu mulai dengan mengingat. Pikirkan orang-orang yang ada di
sekitarmu. Mungkin diawali dengan keluargamu. Kemudian yang lainnya juga: sanak
saudara, tetangga, rekan sekerja, teman sekolah, orang yang kamu potong
jalannya di jalan raya minggu lalu, dan sebagainya, dan sebagainya.
Pikirkan tentang kejadian-kejadian baru-baru ini dalam hidupmu
yang melibatkan orang-orang tersebut. Pengaruh apakah yang kamu berikan kepada
mereka? Apakah, jika ada, yang kamu lakukan sehingga menyakiti mereka? Juga,
apakah yang seharusnya kamu lakukan, tetapi tidak kamu lakukan? Adakah
seseorang yang membutuhkan pertolongan dan kamu tidak menawarkan pertolonganmu?
Sekarang tarik mundur ingatanmu agak sedikit jauh ke belakang.
Kemungkinan kamu tidak melakukan suatu dosa besar atau “dosa berat”, tetapi adakah
dosa-dosa yang merupakan kebiasaan, yang kamu lakukan dan lakukan lagi. Setetes
air hujan mungkin tidak berarti, tetapi jika tetesan-tetesan itu ditampung
untuk jangka waktu yang lama, maka tetesan hujan itu dapat mengakibatkan
banjir! Suatu ejekan, yang kecil dan sepele - jika diulang dan diulang- dapat
menjadi gunung kebencian.
PEMERIKSAAN BATIN
Kecuali jika kamu mempunyai ingatan yang luar biasa, pada umumnya
kamu lupa akan sebagian besar perkara yang kamu lakukan. Oleh karena itulah
suatu sarana sederhana diperlukan untuk membantumu. Sarana itu disebut
“Pemeriksaan Batin” yaitu suatu daftar pertanyaan untuk diajukan kepada dirimu
sendiri sebelum kamu mengaku dosa. (lihat Lembar
Pemeriksaan Batin)
Suara Batin atau Hati Nurani adalah kesadaran moral atau etik atas
kelakuanmu dengan dorongan untuk memilih yang baik dari yang jahat. Suara batin
haruslah dibentuk dalam terang Sabda Allah, yaitu melalui Gereja.
MENGAKU DOSA
Pelaksanaan Sakramen Pengakuan dapat berbeda dari tempat yang satu
dengan tempat yang lain. Di beberapa tempat, pengakuan dilaksanakan dalam Kamar
Pengakuan. Di tempat lainnya, dibuat suatu tempat pengakuan khusus.
Kamu boleh berlutut di balik sekat atau boleh juga berlutut
berhadapan muka dengan imam. Secara pribadi, saya lebih menyukai posisi
berlutut menghadap imam, sebab imam berada di sana untuk menjadi penasehatmu. Jika ia dapat
melihat ke dalam matamu, ia dapat mempunyai gambaran yang lebih baik bagaimana
menasehatimu. Matamu berbicara banyak tentang kamu! Imam tidak berada di sana untuk memarahimu atau
menghakimimu. Imam juga seorang yang berdosa seperti semua orang lain. Imam
harus mengaku dosa juga!
APA YANG SAYA KATAKAN?
Tata cara Sakramen Pengakuan dapat berbeda-beda, tetapi biasanya
imam akan menyambutmu. Mungkin imam akan berbincang sejenak denganmu, atau
memulai dengan sebuah doa. Terkadang imam membacakan suatu perikop dari Kitab
Suci tentang belas kasih Tuhan.
Sungguh, kamu tidak perlu khawatir tentang rumusan-rumusan atau
doa-doa tertentu. Memang mungkin ada suatu rumusan standard di tempatmu, tetapi
yang terbaik adalah menjadikan segala sesuatunya praktis. Sebaiknya kamu merasa
santai dan mengatakan kepada imam sudah berapa lamakah sejak pengakuanmu yang
terakhir, atau menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan oleh imam.
Yang terpenting adalah meminta pertolongan. Jika kamu terbiasa tanpa
pikir panjang mengucapkan suatu daftar panjang tentang hal-hal yang sama,
mungkin kamu dapat mencoba untuk berkonsentrasi pada beberapa di antaranya,
daripada menyebutkan semua yang biasa kamu katakan.
Imam mungkin akan meminta keterangan lebih lanjut, tetapi hal itu
hanya dimaksudkan agar ia dapat memberikan nasehat yang terbaik bagimu. Hal
utama yang perlu diingat adalah bahwa pengakuanmu itu sifatnya pribadi dan
hanya dimaksudkan untuk menolongmu. Kamu berada di sana untuk didamaikan kembali dengan Tuhan.
Pastilah Tuhan merindukan untuk bersahabat kembali denganmu!
SESUDAH PENGAKUAN DOSA
Kamu akan keluar dari Kamar Pengakuan dengan perasaan lega!
Cobalah untuk melaksanakan penitensi penyembuhanmu sesegera mungkin. Kamu telah
diampuni, disembuhkan serta dipulihkan sepenuhnya persahabatanmu dengan Tuhan.
Salah satu hal terindah tentang pengampunan dosa adalah bahwa Tuhan mengampuni
dan melupakan! Begitu dosa-dosamu telah diampuni, kamu diperbaharui dalam
rahmat Tuhan. Kamu harus mempunyai niat yang kuat untuk menghindari dosa di
masa mendatang. Tetapi jika kamu tergelincir atau melakukan kesalahan, ingatlah
TUHAN SENANTIASA ADA DI SANA DENGAN KASIH-NYA!
sumber : News For
Kids, Rm Richard Lonsdale;
Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
Diperkenankan
mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.”