"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang
telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi
pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"
Ketika
hari Natal tiba, banyak orang mulai membuat kue serta berbagai jenis makanan
sebagai tanda kebahagiaan dan merayakan kelahiran Yesus. Selain makanan dan
kue-kue, tak lupa juga dihidangkan berbagai jenis minuman sebagai teman setia.
Salah satu minuman yang selalu tersedia adalah air mineral. Saya selalu
tersenyum melihat harga yang berbeda-beda di tiap kemasan air mineral. Merknya
pun berbeda-beda; Arthes, AQ8, Vir, Wigo, Aqua, dll. Berukuran sama, merek
berbeda, harga berbeda. Jika dibandingkan lagi dengan satu liter air biasa,
tentu harganya jauh lebih murah dibanding harga air mineral. Air-air yang ada
dalam kemasan botol itu sudah melalui proses pemurnian sehingga dipercaya akan
lebih sehat ketika dikonsumsi ketimbang air biasa yang dimasak sekalipun.
Kemasan lainnya ada yang ditambahi oksigen sehingga dikatakan lebih menyegarkan
dibanding air mineral biasa. Maka harganya pun bertambah. Ini baru sama-sama
air putih, harga sudah beragam. Bagaimana jika air hadir dalam bentuk lain,
katakan kopi, teh, sirup dll? Harganya akan berbeda lagi. Bagaimana jika
anggur? Tentu harganya akan jauh di atas air putih biasa. Ada perbedaan yang
sangat jauh dari harga air dan anggur, meski keduanya sama-sama minuman.
Hari
ini kita merenungkan kisah Perkawinan di Kana yang terdapat dalam Yohanes
2:1-11. Dikisahkan pada waktu itu Yesus dan murid-muridNya hadir di pesta
perkawinan di Kana, begitu pula ibu Yesus. Mungkin tamu yang hadir membludak
jauh dari yang diperkirakan, sehingga mereka kehabisan anggur. "Di situ
ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi,
masing-masing isinya dua tiga buyung." (Yohanes 2:6). Dua-tiga buyung
berarti sekitar 20-30 galon, kira-kira 100 liter bisa ditampung dalam
masing-masing tempayan. "Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu:
"Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun
mengisinya sampai penuh." (ay 7). Setelah itu, Yesus meminta mereka untuk
menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. (ay 8). Dan inilah yang
terjadi. "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi
anggur itu dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang
mencedok air itu, mengetahuinya". (ay 9). Si pemimpin pesta pun
terheran-heran. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata: "Setiap
orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum,
barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai
sekarang."(ay 10). Ini ringkasan dari mukjizat awal sebagai permulaan dari
pelayanan Kristus secara langsung di dunia.
Mari
kita lihat bagaimana air biasa diubahkan Yesus untuk menjadi anggur. Bukan
sekedar anggur, tapi dikatakan anggur yang baik. Anggur yang baik ini kemudian
dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir disana. Akan sangat
jauh tentunya jika yang dihidangkan hanya air putih biasa. Dari kisah terkenal
ini kita bisa mengambil pelajaran penting. Seperti apakah kita saat ini? Apakah
air biasa, air yang sedang dalam proses pemurnian, atau menjadi anggur? Seperti
halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita
yang "biasa-biasa" saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa
memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang. Bagaimana caranya? Dari kisah
di atas kita bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus
sendiri untuk diisi dengan air. Ini berbicara mengenai pentingnya kita mengisi
diri kita secara teratur dengan sabda Tuhan yang hidup. Sabda Tuhan sungguh
penting dalam hidup kita, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Dan jangan lupa
sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan
penting yang disampaikan ibu Yesus. "Tetapi ibu Yesus berkata kepada
pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (ay 5).
Ya, ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa
melihat bahwa jika kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepada-Nya dan
kemudian mengisi diri kita dengan air yang adalah firman Tuhan, maka kita bisa
diubahkan untuk menjadi anggur, menjadi berkat bagi orang lain.
Proses
pengubahan ini seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami
berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Namun lewat itulah
kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa memberkati
banyak orang. Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa dipakai Tuhan agar bermakna
bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau
malah dihajar jika perlu. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa
memakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk
diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh,
melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan sabda Tuhan,
itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas. Dimanakah
posisi kita saat ini? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi
anggur baik yang memberkati orang banyak.
Jadilah anggur
yang baik yang membawa sukacita dan berkat bagi sesama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar