Cari Blog Ini

Senin, 04 Maret 2013

Menjadi Anggur Yang Baik


Rm. Yohanes Sigit SCJ



"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"

Ketika hari Natal tiba, banyak orang mulai membuat kue serta berbagai jenis makanan sebagai tanda kebahagiaan dan merayakan kelahiran Yesus. Selain makanan dan kue-kue, tak lupa juga dihidangkan berbagai jenis minuman sebagai teman setia. Salah satu minuman yang selalu tersedia adalah air mineral. Saya selalu tersenyum melihat harga yang berbeda-beda di tiap kemasan air mineral. Merknya pun berbeda-beda; Arthes, AQ8, Vir, Wigo, Aqua, dll. Berukuran sama, merek berbeda, harga berbeda. Jika dibandingkan lagi dengan satu liter air biasa, tentu harganya jauh lebih murah dibanding harga air mineral. Air-air yang ada dalam kemasan botol itu sudah melalui proses pemurnian sehingga dipercaya akan lebih sehat ketika dikonsumsi ketimbang air biasa yang dimasak sekalipun. Kemasan lainnya ada yang ditambahi oksigen sehingga dikatakan lebih menyegarkan dibanding air mineral biasa. Maka harganya pun bertambah. Ini baru sama-sama air putih, harga sudah beragam. Bagaimana jika air hadir dalam bentuk lain, katakan kopi, teh, sirup dll? Harganya akan berbeda lagi. Bagaimana jika anggur? Tentu harganya akan jauh di atas air putih biasa. Ada perbedaan yang sangat jauh dari harga air dan anggur, meski keduanya sama-sama minuman.

Hari ini kita merenungkan kisah Perkawinan di Kana yang terdapat dalam Yohanes 2:1-11. Dikisahkan pada waktu itu Yesus dan murid-muridNya hadir di pesta perkawinan di Kana, begitu pula ibu Yesus. Mungkin tamu yang hadir membludak jauh dari yang diperkirakan, sehingga mereka kehabisan anggur. "Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung." (Yohanes 2:6). Dua-tiga buyung berarti sekitar 20-30 galon, kira-kira 100 liter bisa ditampung dalam masing-masing tempayan. "Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh." (ay 7). Setelah itu, Yesus meminta mereka untuk menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. (ay 8). Dan inilah yang terjadi. "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya". (ay 9). Si pemimpin pesta pun terheran-heran. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."(ay 10). Ini ringkasan dari mukjizat awal sebagai permulaan dari pelayanan Kristus secara langsung di dunia.



Mari kita lihat bagaimana air biasa diubahkan Yesus untuk menjadi anggur. Bukan sekedar anggur, tapi dikatakan anggur yang baik. Anggur yang baik ini kemudian dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir disana. Akan sangat jauh tentunya jika yang dihidangkan hanya air putih biasa. Dari kisah terkenal ini kita bisa mengambil pelajaran penting. Seperti apakah kita saat ini? Apakah air biasa, air yang sedang dalam proses pemurnian, atau menjadi anggur? Seperti halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita yang "biasa-biasa" saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang. Bagaimana caranya? Dari kisah di atas kita bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus sendiri untuk diisi dengan air. Ini berbicara mengenai pentingnya kita mengisi diri kita secara teratur dengan sabda Tuhan yang hidup. Sabda Tuhan sungguh penting dalam hidup kita, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Dan jangan lupa sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan penting yang disampaikan ibu Yesus. "Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (ay 5). Ya, ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa melihat bahwa jika kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepada-Nya dan kemudian mengisi diri kita dengan air yang adalah firman Tuhan, maka kita bisa diubahkan untuk menjadi anggur, menjadi berkat bagi orang lain.

Proses pengubahan ini seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Namun lewat itulah kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa memberkati banyak orang. Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa dipakai Tuhan agar bermakna bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau malah dihajar jika perlu. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa memakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh, melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan sabda Tuhan, itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas. Dimanakah posisi kita saat ini? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi anggur baik yang memberkati orang banyak.
Jadilah anggur yang baik yang membawa sukacita dan berkat bagi sesama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar