Cari Blog Ini

Selasa, 05 Februari 2013

PAROKI SANTA TERESIA JAMBI MERANGKAI SYUKUR DI TAHUN IMAN


Ch.P.Margiyatno

Tahun Iman dicanangkan oleh Yang Mulia Bapa Suci  Benediktus XVI dimulai dari tanggal 11 Oktober 2012 yang bertepatan dengan ulang tahun yang ke 50 pembukaan Konsili Vatikan II, dan akan ditutup pada Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam  yakni pada tanggal 24 November 2013. Dalam Perayaan Tahun Iman kali ini Paroki Sta. Teresia Jambi  merangkai syukur sekaligus memperingati 90 Tahun Prefectur Apostolic Bengkulu yakni cikal bakal berdirinya Keuskupan Palembang;   40 Tahun Imamat Yang Mulia Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ yang ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 14 Desember 1972 saat itu bersama dengan Rm. St. Endrakaryanta, SCJ di Paroki Tugumulyo; dan Peringatan 10 Tahun Keuskupan Agung Palembang.   

Pastor Paroki Sta Teresia Jambi, Rm Antonius Yuswita, SCJ mengajak seluruh umat untuk menyatukan syukur dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ pada hari Minggu, 3 Februari 2013. “Kasih Tuhan itu tidak terkira, keagungan cinta-Nya tak berkesudahan dan bagai seorang petani Ia begitu setia menjamin pertumbuhan benih yang ditabur-Nya. Ia mengolah tanah begitu suburnya, menabur benih dengan sukacita, menunggu pertumbuhannya. Memupuk, menyiangi dan penuh kesabaran menanti buahnya, oleh sebab itu mari kita bersyukur dalam Ekaristi”. kata Rm Yuswita.
 
Sembilan puluh tahun yang lalu Tuhan mulai menabur benih kerajaan-Nya dibumi Pasemah, dan bagai biji sesawi kerajaan-Nya telah bertumbuh dan berkembang keseluruh wilayah Sumatera bagian selatan yang meliputi provinsi Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan. Pertumbuhan itu juga meninggi, berawal dari Perfektur Apostolik tahun 1923, menjadi Vikariat Apostolik tahun 1939, menjadi Keuskupan tahun 1961 dan Keuskupan Agung Palembang tahun 2003.

Untuk menjamin pertumbuhan benih itulah empat puluh tahun yang lalu Tuhan mengutus Aloysius Sudarso sebagai Imam, kemudian enambelas tahun lalu menariknya menjadi Uskup dan enam tahun kemudian menjadikannya Uskup Agung. Sembilan puluh tahun bukanlah sebuah kurun waktu yang singkat untuk menjadi Gereja yang hidup dan empat puluh tahun bukanlah rentangan hari yang pendek untuk sebuah ziarah imamat. Hanya karena kelimpahan rahmat dari Allah yang telah menabur dan yang memanggil, semua rencana-Nya menjadi nyata.

Dalam umat ada Roh Allah.

Paroki Sta. Teresia yang pada tahun 1935 hanya terdiri dari beberapa orang etnis Tionghoa kini telah berkembang menjadi paroki yang besar, karena dalam diri umat ada Roh Allah yang menggerakkan dan menjadi sumber kekuatan.

Bapak Uskup dalam homilinya berharap agar seluruh umat mampu menghayati imannya serta melaksanakan dalam perbuatan nyata. “Sebab Tuhan itu hidup dan berkarya dalam diri seseorang, dalam keluarga, dan dalam Gereja. Maka kita jangan pernah berhenti dan putus asa dalam berupaya menjadi Gereja yang ramah dan peduli. Ramah terhadap lingkungan sekitar maupun terhadap setiap orang yang kita jumpai. Seperti Tuhan Yesus sendiri dalam bacaan Injil hari ini, tiada pernah berhenti mengajar dan mewartakan keselamatan meski banyak tantangan dan hambatan, bahkan tidak dihargai orang” kata Bapak Uskup.

Mengapa tahun ini dicanangkan sebagai Tahun Iman? Monsignur Sudarso menjelaskan: “Karena di zaman yang serba modern ini iman menghadapi banyak tantangan. Oleh karena itu Gereja merupakan Pasamuan Suci dimana banyak umat berbagai lapisan dapat berkumpul dan bertemu, mesti menjadi tempat pembinaan berbagai bidang bagi anak-anak agar iman kekatolikannya menjadi tumbuh dan berkembang; Gereja menjadi tempat pelatihan yang bagus untuk para bapak-ibu, orang tua dan para tokoh-tokoh umat agar dapat semakin mencintai keluarga dan sesamanya”. Demikian dijelaskan oleh Uskup Sudarso.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar