Mayang adalah nama sebuah tempat di Jambi, tepatnya di wilayah bagian barat Paroki Santa Teresia Jambi. Di tempat inilah umat paroki menaruh harapan, bahwa suatu saat akan lahir sebuah paroki baru.
Diawali dengan pembelian sebidang tanah pada tahun 1995, tepatnya di Jalan H. Juanda, Rt. 31, Kelurahan Simpang III Sipin, Kecamatan Kotabaru. Kala itu, dibuatlah lorong masuk, yang oleh warga setempat dinamai Jalan Persada. Almarhum Romo Walzak, SCJ, Romo Paroki kala itu, memberinya nama Jalan Harapan. Nama ini merupakan ungkapan keinginan bahwa suatu saat tanah ini menjadi lokasi gereja paroki yang kedua. Selanjutnya didirikan bangunan yang sampai sekarang dikenal dengan nama Pondok Harapan.
Pondok Harapan, itulah tempat umat Paroki St Teresia Jambi menambatkan harapan akan berdirinya sebuah paroki baru, gereja baru. Umat seolah tak sabar lagi, sebab sudah sekian lama keinginan tersebut diupayakan, belum juga terwujud. Selain itu, satu-satunya gereja di kota Jambi tak mampu lagi menampung jumlah umat yang sudah mencapai 9.000 jiwa. Radius geografis paroki sangat luas, sehingga umat di tempat-tempat tertentu relatif jauh untuk pergi ke gereja. Jelas, hal ini merupakan kendala dalam kehidupan iman.
Paroki St. Teresia Jambi terdiri atas 14 wilayah yang terbagi dalam 65 lingkungan. Dari 14 wilayah tersebut, 5 wilayah tergabung dalam Paguyuban Wilayah Barat. Inilah yang dipersiapkan untuk berdiri menjadi paroki baru. Kelima wilayah adalah (berurutan dari yang tertua): Wilayah St. Antonius, Santo Nikolas, Yohanes Pembaptis, Santo Paulus, dan St Fransiskus Xaverius. Dari jumlah umat, wilayah termuda adalah yang terebesar, sebalikknya wilayah tertua adalah yang terkecil. Untuk mengintensifkan upaya pembentukann paroki, pada 12 September 2006 dibentuk DPP Persiapan, dengan ketua C. Mujito. Dan sejak 3 September 2009, Romo Paulus Slamet Stiadi, SCJ tinggal di sana.
Upaya mewujudkan keinginan terus diupayakan dan diintensifkan. Dalam rangka itulah maka pada tanggal 18 April 2010 lalu diselenggarakan paskahan bersama umat 5 wilayah tersebut. Paskahan diselenggarakan dalam bentuk Misa Kudus, dilanjutkan permainan dan ramah tamah. Misa dipimpin oleh Romo Harry Subekti, SCJ dan Romo Paulus Slamet Setiadi, SCJ. Romo YG. Marwoto, SCJ dan Romo Petrus Subowo, SCJ datang menyusul.
Inkulturasi mewarnai Misa tersebut, antara lain berupa tarian dari Flores sebagai pembuka, dan tari Batak mengiringi persembahan. Doa umat dibawakan dalam tiga bahasa, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Ada hal yang terdengar aneh dalam doa umat tersebut ketika doa dalam Bahasa Jawa dibacakan oleh orang Batak, romonya senyum-senyum.
Paskahan dengan tema KEMATIAN MEMBAWA KEBANGKITAN itu dimaksudkan untuk membangun kebersamaan umat 5 wilayah yang tergabung dalam paroki persiapan. Selain itu juga dimaksudkan sebagai sarana sosialisasi kedalam maupun keluar. Maklum, ternyata sebagian umat juga belum mengetahui bahwa di tempat itulah paroki menaruh harapan akan lahirnya gereja yang baru. Sosialisasi keluar diharapkan masyarakat sekitar pun mengetahui bahwa umat Katolik memerlukan tempat ibadah yang layak.
Dalam khotbahnya Romo Setiadi menyampaikan bahwa paskahan di tempat tersebut merupakan awal upaya yang semakin efektif dalam kegiatan menggereja. Umat dan panitia pembangunan juga akan semakin bersemangat dalam upaya mewujudkan impian untuk segera melahirkan sebuah paroki yang baru, gereja yang baru.
Usai Misa, acara dilanjutkan dengan permainan, hiburan, dan ramah tamah.
C. Mujito, ketua DPP Persiapan, mengungkapkan bahwa semula ia mengkhawatirkan kurangnya keterilbatan umat dalam acara tersebut. Ada beberapa alasan, pertama bahwa satu wilayah kebetulan bertugas sebagai panitia pelaksana Paskah Paroki St Teresia Jambi 2010. Tentu mereka masih kelelahan. Kedua, kebetulan pada hari itu satu wilayah bertugas kor misa pagi di Gereja St Teresia, dan satu lagi tugas sore. Dan pada pagi hari itu juga hujan deras.
Di luar dugaan ternyata umat sangat antusias. Acara dihadiri lebih dari 1.000 orang, sampai-sampai panitia kewalahan mencari tambahan konsumsi. Namun keligatan panitia mampu mengatasi sehingga seluruh acara berlangsung lancer.
Antusiasme umat ditunjukkan tidak hanya dalam jumlah kehadiran, tetapi juga keterlibatan mereka dalam acara. Salah satunya adalah lelang gotong royong. Yang dilelang adalah gambar-gambar kudus (antara lain Maria dengan Kanak-kanak Yesus).
Istilah lelang gotong royong mungkin terdengar asing bagi sebagian pembaca. Lelang tersebut dimaksudkan untuk menghimpun dana bagi upaya pembangunan gereja dan kas DPP Persiapan. Pertama-tama, salah seorang pengurus DPP Persiapan memulai tawaran dengan memasukkan Rp 150.000. Kemudian ada yang berani memberikan lebih tinggi. Dan akhirnya tawaran mentok pada Rp 7.500.000. Tawaran tertinggi itulah yang mendapatkan gambar, sementara jumlah yang lebih rendah, yang sudah dimasukkan tidak diambil lagi. Maka dari hasil lelang tersebut terkumpul Rp 28.400.000.
Selain lelang gotong royong, penggalangan dana juga dilaksanakan dengan tarian tor-tor. Istilah untuk menampilkan tari khas Batak, tor-tor, di mana penonton/pengunjung ikut notor, naik panggung dan memberikan sumbangan.
Total dana dari lelang dan notor lebih dari empat puluh lima juta rupiah. Jumlah yang tidak cukup besar dalam acara spontan bagi sebuah paroki persiapan.
Acara yang dimotori oleh Frans Dasi Letto sebagai ketua panitia, dan Andy sebagai sekretaris, tersebut berakhir pukul 16.00. Ketua DPP Persiapan merasa terharu dan salut atas semangat anak-anak muda itu. Dengan waktu persiapan yang hanya tiga minggu, ternyata mereka sanggup menyelenggarakan acara tersebut dengan sukses. Tentunya ini juga merupakan salah satu potensi yang memperkuat upaya pembentukan paroki.
Romo YG. Marwoto, SCJ dalam sambutannya juga mengungkapkan, kaum muda wilayah barat juga merupakan penggerak kaum muda di paroki induk. Namun demikian, suatu saat bila sudah menjadi paroki tersendiri, paroki induk pun tidak kehabisan kadernya.
Satu hal lagi yang merupakan potensi di wilayah barat ini adalah kemandirian lingkungan. Dari 5 wilayah dengan julah umat sekitar 3.000 jiwa itu, 4 wilayah di antaranya memiliki potensi kemandirian lingkungan. Beberapa kegiatan dilaksanakan di lingkungan, antara lain renungan APP, Adven, dan doa Rosario. Potensi inilah yang belum dimiliki oleh wilayah-wilayah di bagian timur.
Dengan potensi-potensi yang dimiliki dan upaya yang semakin intensif, semoga harapan akan lahirnya paroki baru dengan gerejanya yang baru segera terwujud.
Jambi, 26 April 2010
mantaaapp.. surantap !!
BalasHapushehehehe