Cari Blog Ini

Selasa, 05 Oktober 2010

Jakal Berwarna Biru



R
asa lapar telah mendorong seekor jakal untuk pergi ke kota. Dia mencium sedapnya bau makanan, tetapi tidak menemukan apa-apa. Di kota ia sangat ketakutan karena dikejar-kejar banyak anjing. Mereka mengejar sambil menggonggong.
Jakal berlari cepat melalui lorong-lorong sampai dia menemukan pintu sebuah rumah yang terbuka sedikit. Dia menyelinap masuk, tetapi karena sangat tergesa-gesa ia terpeleset dan jatuh ke dalam bak penuh dengan bahan celup. Ketika sudah merasa aman, dia keluar. Dia tampak baru, seluruh tubuhnya berwarna biru.
Ketika kembali ke hutan, binatang-binatang lain yang melihat sangat heran karena tidak ada satu pun jakal berwarna biru di bumi ini. Sebagaimana cerdiknya seekor jakal, dia mencoba memanfaatkan penampilan barunya.
“Jangan takut, saya hewan yang baik,” katanya kepada macan, babi, rusa, kelinci, dan binatang lainnya. “Saya diutus sebagai raja kalian dan memperhatikan segala kepentingan kalian.”
Karena kata-kata itu berasal dari binatang aneh berwarna bitu, kata-kata itu dianggap benar. Binatang-binatang penghuni hutan menganggap jakal biru sebagai raja mereka, sebagai pembawa kesejahteraan.
“Kalian hendaknya menyediakan kebutuhan saya dan saya akan melindungi kalian dari musuh-musuh, penyakit, dan malapetaka,” ucapnya meyakinkan. Sejak saat itu, jakal mendapatkan persediaan makanan yang berlimpah dann binatang-binatang berlaku sebagai hamba yang memperhatikan segala kebutuhannya dan menunjukkan kesetiaan penuh. Jakal menyelesaikan sengketa mereka. Jakal juga menasihati mereka tentang banyak hal, baik secara pribadi maupun kelompok.
Jakal sering mengatakan bahwa kulitnya yang berwarna biru itu adalah hadiah dari Yang Kuasa dan ia memanfaatkan hal itu untuk menutupi siapa dirinya sebenarnya.
Suatu hari sekawanan jakal lewat. Ketika melihat hewan berwarna biru mereka menggonggong. Jakal berwarna biru itu tidak tahan untuk tidak menggonggong sebagaimana kebiasaannya.
Binatang-binatang lain segera tahu siapa yang berpura-puraitu – seekor jakal biasa. Jika jakal yang cerdik itu tidak lari dari binatang-binatang yang tertipu itu, dia pasti sudah dicabik-cabik.

Kebusukan meskipun disimpan serapi mungkin akan tercium juga.
Disadur dari:
Cercah-cercah hikmah, P. Cosmas Fernandes, SVD, Kanisius


Menghayati Ekaristi:

Satu-satunya yang patut mendapat kepercayaan penuh ialah Tuhan. Dan kepercayaan itulah yang disebut iman. Dengan itu kita mengakui, bahwa kita dipanggil oleh-Nya untuk ikut serta dalam hidup Putera-Nya. Percaya akan sabda-Nya yang menyatakan kebenaran; percaya akan pribadi-Nya, yang cinta kasih-Nya selalu mendorong kita; percaya, yang merupakan anugerah tersendiri, yang dicurahkan kepada kita lewat Roh-Nya dan terus-menerus dihidupkan-Nya, asal kita mohon (Luk 17:5) dan selalu terbuka terhadap kerasulan tanpa pamrih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar