Cari Blog Ini

Selasa, 04 Januari 2011

Gembala Menyapa

ANAK - ANAK YANG SEPI

Saudara-saudari yang dikasihi Allah,
Dalam suasana Natal, kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, saya mengucapkan selamat Natal dan Tahun Baru. Semoga Natal dan Tahun Baru yang kita rayakan juga membawa pembaharuan hidup di dalam kasih Tuhan. Sabda Tuhan melalui Yohanes mengatakan bahwa "TERANG YANG SESUNGGUHNYA SEDANG DATANG KE DALAM DUNIA".

KedatanganNya menghendaki agar kita semua rela dan mau menyambutNya. KelahiranNya, kehadiranNya adalah untuk menyertai, untuk memberkati, dan untuk mencintai kita. Maka mari kita bersama-sama menyambutNya.

Ssaudara-saudari yang dikasihi Allah. Dalam Perayaan Natal kemarin saya teringat dan terkesan dengan anak-anak yang ada di Paroki kita. Begitu banyaknya anak-anak kita dan begitu gembiranya mereka merayakan kelahiran Yesus Tuhan kita. Dari peristiwa Natal anak-anak, muncul berbagai permenungan tentang anak-anak kita, anak-anak saudara-saudari, anak-anak keluarga kita. Dalam suasana yang penuh rahmat dan berkat ini, saya mengajak merenungkan dan menyadari anak-anak kita lebih dalam lagi. Tahu dan menyadarikah kita bahwa anak-anak selalu memiliki kerinduannya sendiri? Mengapakah kita sering bahkan selalu mengkhawatirkannya? Tidak layakkah anak-anak untuk bermain, mencari, dan menemukan apa yang disenanginya? Mengapakah kita harus mencampakkan semua mimpi-mimpi indah mereka? Apakah kebenaran selalu hanya milik kita, orang-orang yang merasa bahwa kedewasaan adalah kebenaran mutlak? Itu yang sering muncul dalam pemikiran dan kehidupan kita.

Mari kita ingat apa yang dikatakan Kitab Suci. Dan kita meyakini bahwa Kitab Suci adalah Sabda Tuhan. "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?", jawab Yesus kepada ayah ibunya saat mereka mencari dan menemukan Dia. Yesus tahu kecemasan orangtuaNya. Seringkali ketakutan kita pada masa depan yang tak teraba dan harapan kita sendiri yang tak teraih yang membuat kita ingin agar anak-anak kita menjadi jauh lebih berhasil daripada kita sendiri. Tetapi apakah keberhasilan untuk kita sama dengan keberhasilan untuk mereka di masa depan?

Anak-anak selalu memiliki kerinduannya sendiri. Kita bisa mengarahkan mereka tetapi jangan membentuk mereka sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mereka toh bukan tanah liat yang dapat kita ubah bentuknya sesuai dengan apa yang kita idekan. Hidup mereka bukanlah suatu bentuk mekanik yang dapat kita jalankan seperti kita menjalankan robot lewat remote control. Anak-anak, mimpi mereka, keinginan dan harapan mereka, kerinduan-kerinduan mereka pasti bukanlah suatu kesia-siaan belaka. Sebab mereka diciptakan sama seperti kita diciptakan. Mereka adalah cermin kerinduan Tuhan sendiri untuk membuat manusia secara bebas mampu menentukan dirinya sendiri. Mereka adalah citra Allah sama seperti kita. Kita adalah sarana untuk menyalurkan rahmat dan berkat kepada mereka.

Anak-anak memang menyimpan kerinduannya sendiri. Dan karena itu, dalam menyikapi sikap kita sering memaksakan ide kita, mereka menjadi anak-anak yang kesepian, menjadi pemberontak yang aktif. Atau menjadi penurut yang pasif. Maka akhirnya mereka sering gagal menjadi diri sendiri. Larut dalam situasi emosional, melawan atau pasrah, mereka gagal menyikapi hidup. Lalu kita pun mulai mengeluh. Salah siapa? Bahkan kita sering bertanya akan suatu pertanyaan yang mendasar, "Layakkah kita menjadi orang tua?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar