Cari Blog Ini
Senin, 04 Maret 2013
Sikap Negatif Menghalangi Karya Keselamatan
Dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama ketika belanja atau membeli sesuatu, barang buatan luar negeri itu lebih laris daripada buatan dalam negeri. Laptop Samsung lebih menarik dibandingkan Axioo. Sekolah luar negeri juga lebih bergengsi daripada sekolah dalam negeri. Walaupun sama-sama kuliah di Universitas Negeri, tetapi kalau yang satu Universitas Negeri di Jakarta merasa lebih berbobot dibanding Universitas Negeri di Jambi. Sama-sama sekolah SMU, tetapi orang tua sering merasa lebih mantap kalau sekolah di luar Jambi. Perasaan lebih hebat, lebih kata atau lebih berbobot dari yang lain, bisa menimbulkan sikap menolak, tertutup, dan bahkan menghalangi karya Allah.
Setelah dibaptis di sungai Yordan, Yesus berkeliling Galilea dan kota-kota di sekitarnya. Dia bisa membuat mujizat, mengajar dan mewujudkan karya Allah. Tetapi ketika di Nazaret, tempat Dia kecil dulu, Yesus di tolak oleh orang-orang yang ada di kota itu. Di Nazaret Yesus tidak membuat mukjizat-mujizat, karena karya Allah dihalangi oleh sikap sombong, negativethinking dan sikap menolak.
Dalam buku “Mengikuti jejak Kristus” penulis menuliskan demikian: “Jangan berpikir buruk mengenai orang lain, meskipun sekiranya tindakan dan kata-kata orang tersebut memberi alasan yang cukup kepada kita untuk berbuat demikian. Jangan melancarkan kritikan yang negatif; bilamana engkau tidak dapat memuji, tidak usah berkata apa-apa. Jangan membicarakan keburukan saudaramu, walaupun engkau mempunyai alasan yang cukup kuat untuk melakukannya. Gunjingan (gosip) adalah sampah yang mengotori dan merintangi karya kerasulan-karya keselamatan Allah”.
Pada satu ketika ada seorang tukang taman tinggal di pinggiran kota. Dia suka menanam berbagai macam jenis bunga di halaman rumahnya. Tamannya cukup luas, bagus dan indah. Pada satu hari ketika ia sedang keliling taman, dia menemukan rumput liar tumbuh di bagian barat dari tamannya. Dia jengkel, kecewa dan merasa gagal memelihara taman itu, oleh karena ada rumput liar yang terlewatkan sehingga bisa tumbuh bebas. Maka dengan geram rendetan rumput itu ia bersihkan. Tetapi setiap kali ia lewat di situ, Tendean rumput itu tumbuh lagi. Seluruh energinya diperas untuk membersihkan rumput liar tersebut yang dipandang mengotori tamannya. Akhirnya ia hampir putus asa karena tidak berhasil memusnahkannya. Dia mengirim surat kepada seorang ahli pertamanan. Apa nasehatnya! “Semakin saudara membenci tanaman liar itu, anda semakin kacau dan anda semakin dikuasai rasa benci dan kecewa. Coba sekarang jangan membenci, tetapi mencintai tanaman liar itu. Pangkaslah seperti anda memangkas bunga yang lain, pupuklah dan rawatlah. Yakinlah bahwa ia akan menjadi indah. Benar, petuah itu dilakukannya. Akhirnya dia menemukan rumput liar itu malah menambah indahnya taman bunganya.
Kita sering dikuasai oleh rasa jengkel, dendam, benci dan kegagalan masa lampau. Seolah-olah kita berhadapan dengan liang kubur yang tidak mungkin dikalahkan. Akibatnya sungguh sangat mengerikan baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain dan untuk karya Allah. Hal ini sangat berbeda dengan pengalaman dikasihi dan hidup dalam semangat Roh Allah. Yeremia, memiliki pengalaman dikasihi oleh Allah: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau”. Pengalaman dikenal, dipilih, dikuduskan dan disambut dengan penuh kasih akan membuahkan sikap dan tingkah laku yang setia, tegas dan berani memberikan diri seutuhnya kepada orang lain; tegas dan tidak berpikiran negatif terhadap orang lain, tetapi memiliki sikap postivethinking
Dapatkah Engkau Minum dari Cawan Itu? (Part I)
Fr. Diakon Yohanes Sigit SCJ
Ketika
Yesus bertanya kepada teman-teman-Nya, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus,
"Dapatkah kamu minum cawan yang akan Kuminum?" Ia mengajukan
pertanyaan yang langsung menusuk ke inti keimanan dan kehidupan kita sebagai
murid-murid-Nya (Mrk 10: 35-45). Pada saat kita mengucapkan janji babtis, kita
mengungkapkan niat untuk setia kepada-Nya dengan sekuat tenaga dan pertanyaan
ini nampaknya tidak begitu sukar untuk dijawab. Dengan penuh keyakinan dan semangat
yang berkobar-kobar kita berani menjawab "ya" dengan rasa mantap.
Hari ini, pertanyaan yang sama
muncul kembali. Pertanyaan "Dapatkah saya, dapatkah kita, minum cawan yang
diminum Yesus?" menjadi tantangan spiritual bagi kita. Pertanyaan yang
dikemukakan oleh Yesus dalam Ekaristi hari ini dihadirkan kembali. Pertanyaan
ini mempunyai kekuatan membongkar hati yang mengeras dan membuka tabir peyangga
kehidupan rohani. "dapatkah kita memegang cawan kehidupan ini di dalam
tangan kita? Dapatkah kita mengangkatnya sehingga orang lain bias melihatnya,
dan dapatkah kita meminumnya sampai habis? Minum dari cawan itu lebih dari pada
sekadar meneguk apapun yang ada di dalamnya, sama halnya seperti memecahkan
roti, yang lebih dalam maknanya daripada sekadar menyobek roti. Minum cawan
kehidupan meliputi memegang, mengangkat dan minum.
Sebelum kita minum cawan, kita harus
memegangnya! Ketika kita minum anggur atau minuman yang lainnya, kita mesti
sadar bahwa ini lebih dari sekadar meminumnya. Kita harus tahu apa yang kita
minum dan harus bisa mengatakannya. Sama halnya dengan menjalani kehidupan,
tidaklah cukup bila hanya menjalaninya. Kehidupan yang tidak direfleksikan
adalah kehidupan yang kurang bernilai. Itu termasuk hakekat manusia di mana
kita mengkontemplasikan hidup kita, berpikir tentangnya, mendiskusikannya,
menilainya dan membentuk opini tentang kehidupan tersebut. Kegembiraan yang
paling besar tidak hanya timbul dari apa yang kita jalani, tetapi terutama dari
bagaiman kita berpikir dan merasakan kehidupan yang sedang kita jalani. Miskin
dan kaya, sukses dan gagal, cantik dan jelak, bukanlah semata-mata fakta
kehidupan. Semuanya adalah realitas yang dihayati masing-masing individu yang
dengan caranya yang sangat berbeda tergantung dari penempatannya dalam kerangka
yang lebih luas. Seorang miskin yang membandingkan kemiskinannya dengan
kekayaan tetangganya dan memikirkan perbedaan tersebut, akan menjalani
kehidupannya yang miskin dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan dengan
mereka yang miskin dan mampu bersyukur dengan hidupnya tanpa membandingkan
dirinya dengan mereka yang kaya.
Memegang cawan kehidupan berarti
melihat secara kritis apa yang kita jalani. Butuh keberanian ang besar untuk
melakukannya, karena pada waktu kita mulai memperhatikan, kita bias menjadi
ngeri akan apa yang kita lihat. Pertayaan-pertanyaan bermunculan dan kita tidak
tahu bagaimana menjawabnya. Keraguan akan muncul tentang hal-hal yang kita
pikir telah kita ketahui secara pasti. Tanpa memperhatikan kehidpan secara
kritis, kita akan kehilangan pandangan dan arah kita. Jika kita minum cawan itu
tanpa memegangnya terlebih dahulu, maka dengan mudah kita menjadi mabuk dan
berangan-angan tanpa tujuan.
Memegang cawan kehiduapn memerlukan
disiplin yang keras. Kita manusia dahaga yang ingin segera minum, namun kita
harus bias menahan diri. Peganglah cawan kita dengan tangan, kemudian tanyalah
pada diri kita sendiri, "Apa yang diberikan kepada saya untuk diminum? Apa
yang ada di dalam cawan saya? Amankah untuk diminum? Apakah akan membuat saya
sehat? Tidak ada 2 kehidupan yang sama. Kita sering membandingkan kehidupan
kita dengan kehidupan orang lain, mencoba menilai apakah kita lebih baik atau
lebih jelek, meskipun perbandingan itu tidak banyak membantu. Kita harus
memegang cawan kehidupan kita sendiri. Kita mestinya berani berkata,
"Inilah hidup saya, hidup yang diberikan kepada saya. Inilah kehidupan
yang harus saya jalani, sebaik mungkin, sejauh yang bisa saya lakukan. Hidup
saya unik. Saya mempunyai sejarah sendiri, keluarga sendiri, tubuh sendiri,
sifat sendiri, teman-teman sendiri - ya, saya memiliki kehidupan saya sendiri
yang harus saya tempuh. Tak seorangpun memiliki tantangan yang sama. Banyak
orang menolong agar saya sanggup menapaki kehidupan saya, tetapi setelah semua
dikatakan atau dilakukan, saya harus tetap menentukan pilihan-pilihan sendiri
bagaimana saya harus hidup.
Menjadi Anggur Yang Baik
"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang
telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi
pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"
Ketika
hari Natal tiba, banyak orang mulai membuat kue serta berbagai jenis makanan
sebagai tanda kebahagiaan dan merayakan kelahiran Yesus. Selain makanan dan
kue-kue, tak lupa juga dihidangkan berbagai jenis minuman sebagai teman setia.
Salah satu minuman yang selalu tersedia adalah air mineral. Saya selalu
tersenyum melihat harga yang berbeda-beda di tiap kemasan air mineral. Merknya
pun berbeda-beda; Arthes, AQ8, Vir, Wigo, Aqua, dll. Berukuran sama, merek
berbeda, harga berbeda. Jika dibandingkan lagi dengan satu liter air biasa,
tentu harganya jauh lebih murah dibanding harga air mineral. Air-air yang ada
dalam kemasan botol itu sudah melalui proses pemurnian sehingga dipercaya akan
lebih sehat ketika dikonsumsi ketimbang air biasa yang dimasak sekalipun.
Kemasan lainnya ada yang ditambahi oksigen sehingga dikatakan lebih menyegarkan
dibanding air mineral biasa. Maka harganya pun bertambah. Ini baru sama-sama
air putih, harga sudah beragam. Bagaimana jika air hadir dalam bentuk lain,
katakan kopi, teh, sirup dll? Harganya akan berbeda lagi. Bagaimana jika
anggur? Tentu harganya akan jauh di atas air putih biasa. Ada perbedaan yang
sangat jauh dari harga air dan anggur, meski keduanya sama-sama minuman.
Hari
ini kita merenungkan kisah Perkawinan di Kana yang terdapat dalam Yohanes
2:1-11. Dikisahkan pada waktu itu Yesus dan murid-muridNya hadir di pesta
perkawinan di Kana, begitu pula ibu Yesus. Mungkin tamu yang hadir membludak
jauh dari yang diperkirakan, sehingga mereka kehabisan anggur. "Di situ
ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi,
masing-masing isinya dua tiga buyung." (Yohanes 2:6). Dua-tiga buyung
berarti sekitar 20-30 galon, kira-kira 100 liter bisa ditampung dalam
masing-masing tempayan. "Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu:
"Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun
mengisinya sampai penuh." (ay 7). Setelah itu, Yesus meminta mereka untuk
menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. (ay 8). Dan inilah yang
terjadi. "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi
anggur itu dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang
mencedok air itu, mengetahuinya". (ay 9). Si pemimpin pesta pun
terheran-heran. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata: "Setiap
orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum,
barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai
sekarang."(ay 10). Ini ringkasan dari mukjizat awal sebagai permulaan dari
pelayanan Kristus secara langsung di dunia.
Mari
kita lihat bagaimana air biasa diubahkan Yesus untuk menjadi anggur. Bukan
sekedar anggur, tapi dikatakan anggur yang baik. Anggur yang baik ini kemudian
dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir disana. Akan sangat
jauh tentunya jika yang dihidangkan hanya air putih biasa. Dari kisah terkenal
ini kita bisa mengambil pelajaran penting. Seperti apakah kita saat ini? Apakah
air biasa, air yang sedang dalam proses pemurnian, atau menjadi anggur? Seperti
halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita
yang "biasa-biasa" saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa
memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang. Bagaimana caranya? Dari kisah
di atas kita bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus
sendiri untuk diisi dengan air. Ini berbicara mengenai pentingnya kita mengisi
diri kita secara teratur dengan sabda Tuhan yang hidup. Sabda Tuhan sungguh
penting dalam hidup kita, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Dan jangan lupa
sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan
penting yang disampaikan ibu Yesus. "Tetapi ibu Yesus berkata kepada
pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (ay 5).
Ya, ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa
melihat bahwa jika kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepada-Nya dan
kemudian mengisi diri kita dengan air yang adalah firman Tuhan, maka kita bisa
diubahkan untuk menjadi anggur, menjadi berkat bagi orang lain.
Proses
pengubahan ini seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami
berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Namun lewat itulah
kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa memberkati
banyak orang. Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa dipakai Tuhan agar bermakna
bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau
malah dihajar jika perlu. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa
memakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk
diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh,
melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan sabda Tuhan,
itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas. Dimanakah
posisi kita saat ini? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi
anggur baik yang memberkati orang banyak.
Jadilah anggur
yang baik yang membawa sukacita dan berkat bagi sesama
Tahu Apa Yang Harus Diminta
Fr. Diakon Yohanes Sigit SCJ
Seandainya
anda diberi kesempatan untuk menyampaikan suatu permintaan yang pasti
dikabulkan, apa yang akan anda minta? Kita bisa bingung sendiri untuk
menentukan satu permintaan. Mungkin kita berharap bahwa permintaan tersebut
kalau bias jangan hanya satu, tapi tiga. Namun ketika diberi tiga kita pun akan
kembali bingung karena ingin lebih. Seandainya diberi 10, apakah menjadi lebih
mudah? Tidak juga. Kita selalu mempunyai daftar permintaan yang panjang, atau wish list yang panjang yang seringkali
kita bawa juga ke dalam doa kita setiap hari. Melihat teman memakai BlackBerry, kita pun ingin memilikinya.
Melihat tetangga punya mobil baru, kita pun ingin sama. Seperti itulah kita dan
kebutuhan kita dalam hidup yang tidak akan pernah ada habisnya.
Tidak salah memang meminta kepada
Tuhan, tapi kita terlalu fokus kepada kebutuhan duniawi yang instan ketimbang
kebutuhan yang lebih penting. Kita akan lebih suka menerima kekayaan, mobil, hp
baru, rumah dan sebagainya ketimbang minta diberkati dalam pekerjaan supaya
berhasil. Kita lebih mudah meminta kesembuhan setelah sakit ketimbang komitmen
untuk secara rutin berolahraga dan menjaga kesehatan sejak dini. Kita berdoa
minta kelulusan tetapi lupa meminta hikmat Tuhan turun atas kita ketika sedang
mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. Kita boleh selalu dating kepada
Tuhan untuk meminta sesuatu, tapi alangkah lebih baik jika kita mengetahui
terlebih dahulu apa yang harus kita minta. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan .
ada kalanya Dia tidak mengabulkan permintaan itu, dan itu bukan karena Tuhan
pilih kasih, berat sebelah atau menutup telinga-Nya dari kita. Bukan karena Dia
tidak peduli, tetapi karena Dia perhatian dengan kita umat-Nya. Terkadang kita
tidak tahu bahwa yang kita minta bisa membawa kita kepada kejatuhan. Kita hanya
melihat kulit luarnya yang nikmat, sedangkan isinya yang berpotensi menjauhkan
kita dari Tuhan tidak kita lihat. Tidak heran ketika kita hanya diberi satu
kesempatan untuk meminta sesuatu, kita pun akan bingung menentukan pilihan.
Bacaan Injil hari ini, Markus
10:46-52 menceritakan Yesus yang menyembuhkan Bartimeus. Yesus memberi
kesempatan kepada Bartimeus untuk meminta. Tanya
Yesus kepadanya, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (ay 51).
Jika kita ada di pihak Bartimeus, apa yang akan kita katakan? Mungkin saja kita
akan meminta berbagai hal kepada Yesus, mumpung kesempatan ada. Bartimeus sudah
lama meminta-minta, itu artinya ia miskin, di samping matanya buta. Mungkin
jika kita menjadi Bartimeus, kita sekaligus akan minta pekerjaan, atau harta,
rumah dan sebagainya di samping mata yang bias melihat. Begitu ia bias melihat,
ia bias berusaha. Yang menjadi kendala selama ini adalah kebutaan matanya. Ia
tidak perlu meminta apa-apa lagi. Karena ia tahu bahwa dengan sepasang mata
yang mampu melihat, ia akan mempu berbuat sesuatu untuk bisa hidup layak. Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah,
imanmu telah menyelamatkan engkau!" (ay 52a). dan seketika itu juga
Bartimeus pun bisa melihat dan segera mengikuti Yesus.
Kita bisa belajar dari Bartimeus
yang tahu apa yang harus ia minta. Tuhan
berfirman: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu
akan mendapat: ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagmu. Karena setiap orang
yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari mendapat dan setiap orang
yang mengetok, baginya pintu dibukakan" (Mat 7:7-8). Ya, minta, cari
dan ketuk. Tetapi mari kita lihat ayat selanjutnya. "Adakah seoarng dari
padamu yang member batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau member ular,
jika ia meminta ikan?" (ay 9-10). Meminta roti, maka akan mendapat roti
dan bukan batu. Meminta ikan, maka akan mendapat ikan dan bukan ular. Dari
rangkaian ayat-ayat dalam Matius 7 ini kita bias melihat bahwa agar mendapat
jawaban atas doa kita, kita harus meminta dengan kesungguhan hati dan tahu
dengan jelas apa yang kita butuhkan. Selain itu, jangan lupa pula bahwa kita
harus meminta dengan kepercayaan, karena "apa
saja yang kamu minta dalam doa dan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya" (Mat 21:22). Ini syarat
penting agar pemintaan kita dikabulkan. Dan Bartimeus melakukan semua itu.
Tidak heran jika Yesus bukan hanya menyembuhkan matanya tapi justru berkata: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan
engkau!" Adalah iman Bartimeus, yang percaya dan tahu apa yang ia
butuhkanlah yang telah menyelamatkannya.
Hari ini Yesus sama siapnya untuk
menjawab permintaan kita seperti Dia dahulu kepada Bartimeus. Pertanyaannya
sekarang, apakah kita sudah tahu apa yang sesungguhnya perlu kita minta seperti
halnya bartimeus atau kita masih terlalu bingung untuk memiliki segala hal yang
mungkin terlalu kita butuhkan atau malah berpotensi untuk membuat kita lupa
diri hingga bias membinasakan kita? Seperti halnya Bartimeus, kita pun butuh
Yesus untuk membuka mata kita agar mengetahui apa yang sesungguhnya kita
butuhkan. Jika kita tahu apa yang seharusnya kita minta, maka doa kita pun akan
seolah mendapat kekuatan baru yang akan langsung mengarah pada inti persoalan.
Oleh karena itu kita harus belajar untuk meyingkirkan hal-hal yang tidak
terlalu perlu dalam daftar permintaan kita dan menggantinya dengan sesuatu yang
sungguh kita butuhkan. Bagi Bartimeus, matanyalah yang menjadi kendala utama untuk
bias berusaha hidup layak. Apa yang menjadi kendala utama anda hari ini?
Sudahkah anda mengetahuinya?
Rabu, 27 Februari 2013
Kegiatan Rutin OMK Paroki St Teresia Jambi untuk beberapa minggu ini
1. Latihan Kor setiap hari Senin pukul 19.30-21.00 wib di Gereja (Tuga Minggu Palma)
2. Rapat pemantapan Panitia Sijambu 2013, setiap hari Rabu pukul 19.30 di gedung paroki
3. persiapan dan Latihan drama penyaliban (tablo), setiap hari kamis pukul 19.30 di Gereja
4. Kebugaran OMK Futsal di Dolog City,the hok. setiap hari jumat pukul 19.00-21.00
info lebih lanjut : Rafael Steven : 085278087683 (ketua OMK)
2. Rapat pemantapan Panitia Sijambu 2013, setiap hari Rabu pukul 19.30 di gedung paroki
3. persiapan dan Latihan drama penyaliban (tablo), setiap hari kamis pukul 19.30 di Gereja
4. Kebugaran OMK Futsal di Dolog City,the hok. setiap hari jumat pukul 19.00-21.00
info lebih lanjut : Rafael Steven : 085278087683 (ketua OMK)
Senin, 11 Februari 2013
Misa Tahun Baru Imlek
Minggu
Biasa ke V tahun penanggalan liturgi 2013 jatuh pada hari
Minggu 10 Februari 2013, bertepatan
dengan Tahun Baru Imlek tanggal 1 CIA GWEE 2564.
Pada
Misa yang pertama di Gereja Sta. Teresia Jambi hari Minggu tersebut seluruh
bacaan misa tetap sesuai penanggalan liturgi, namun suasana peribadatan
bernuansa Imlek. Gereja dihiasi pernak-pernik ala Tiong Hoa, lampion dan
sebagainya dalam nuasansa merah meriah. Koor
dipersiapkan secara khusus dengan lagu-lagu berbahasa Mandarin, termasuk
ordinarium dan lagu Bapa Kami, hanya embolisme tetap memakai bahasa Indonesia
sesuai dengan buku Madah Bakti.
“
Tahun ini adalah tahun kesepuluh kita merayakan Misa dalam rangka Tahun Baru
Imlek, dimulai sejak RM J. Puryanto, SCJ masih sebagai Pastor Paroki ” kata B.
Indarin Yohansyah, wakil ketua umum Dewan Pastoral Paroki Sta. Teresia Jambi.
Selesai
Misa dibagikan jeruk yang melambangkan kebersamaan dan kesatuan, sementara pada
saat pemberkatan anak-anak sekaligus dibagikan ang pao sebagai lambang keberuntungan yang dibagikan kepada sesama.
Semoga
ditahun Ular Air ini membawa berkah yang melimpah (Cai Yuan Guang Jin); sukses
dalam segala cita-cita (Wan Shi Ru Yi) serta damai sejahtera seluruh
keluarga (He Jia Ping An).
Kelompok Koor |
Rabu, 06 Februari 2013
Profil Imam Baru
Sebutannya sungguh unik: Frater Black, banyak
orang memanggilnya dengan sebutan itu. Sesungguhnya dia adalah Fr. Paulus
Kristanto, berasal dari stasi Sto. Tarsisius- Karang Pulau, Kuasi Paroki
Ketahun, Bengkulu Utara. Akan ditahbiskan pada tanggal 6 Februari 2013 di
paroki tempat asalnya yakni Paroki Sto. Yohanes-Bengkulu.
“Saya tidak berkeberatan dipanggil frater
Black” kata anak bungsu dari dua
bersaudara yang lahir dari pasangan Anastasia Suripti dengan Agustinus Suwardi
ini. Baginya panggilan black mempunyai makna kedekatan hubungan dan sapaan yang
akrab, dan menurutnya black itu singkatan dari Berhati Lembut Andalkan Cinta Kasih.
“Ini sesuai dengan motto tahbisan saya: ‘Aku tergerak oleh karena kasih
setia-Mu’, yang bersumber dari Kitab Ratapan 3 : 22 ” tambahnya.
Frater Paulus adalah alumni SMA Negeri 2
Bengkulu mengaku bahwa keinginannya menjadi seorang imam muncul dari dirinya
sendiri sejak masih kecil, meskipun sesungguhnya keinginan masuk seminari sejak
lulus SMP tertunda karena ketaatannya kepada orang tua yang menyarankan agar lebih
baik masuk seminari setelah lulus dari SMA saja.
Cita-cita sejak masa kanak-kanaknya tumbuh
berkembang diawali oleh teladan seorang imam yang selalu melayani umat ditempat
asalnya, Pastor Niko (Nicolaas van Steekelen Burg). Baginya Pastor Niko adalah seorang imam yang
sungguh menjadi dambaan dan idola. Banyak sisi yang dapat ia teladani dari segi
kesederhanaan, keramahan, pemikiran maupun kesetiaannya sebagai seorang imam.
Ditanya mengapa tidak memilih menjadi imam
dalam Konggregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) sebagaimana idolanya, Fr.
Paulus Kristanto dengan tangkas dan bijaksana menjawab: “Saya ini anak yang
lahir dan dibesarkan di Keuskupan Agung Palembang, sementara dioses ini
memerlukan banyak imam. Maka saya terketuk hati untuk mengabdikan diri menjadi
seorang imam diosesan, mencurahkan segala tenaga, kemampuan dan pemikiran untuk
Keuskupan Palembang. Menjadi imam konggregasi sama baiknya dengan menjadi imam
projo, hanya peluang untuk bertugas diluar dari keuskupan ini lebih besar bagi
imam-imam konggregasi”.
Menurutnya menjalani masa penpas (pengolahan
pastoral) di dua paroki yang berbeda yakni satu setengah tahun di Paroki Sto.
Stephanus – Curup dan satu tahun di
Paroki Sta. Teresia – Jambi merupakan pengalaman tersendiri yang masing-masing
membawa kesan meneguhkan. “Jujur saya katakan kalau tadinya saya merasa
‘gamang’ ketika hendak ditugaskan di Paroki Jambi. Tetapi saya berpegang teguh
pada komitmen kesetiaan saya terhadap pimpinan gereja yakni Bapak Uskup”
katanya. Kesetiaannya sungguh teruji ketika taat pada ayah untuk menunda masuk
seminari dan ketika ditugaskan ke paroki Jambi oleh Uskup pimpinanya, meski
dalam lubuk hatinya tersimpan rasa gamang. “Relasi seorang imam diosesan dengan
uskupnya itu seperti relasi seorang anak dengan ayah. Akan menjadi seperti apa
jika seorang anak tidak taat kepada ayanya. Disini saya banyak belajar ketaatan”
katanya.
“Bagi saya, tempat dimanapun saya ditugaskan
adalah surga. Prinsipnya adalah hidup dalam komunitas sehingga kita merasa
enak, enjoi dalam bersaksi mewartakan kabar suka cita” kata Fr. Paulus
Kristanto. Ia sendiri berpendapat bahwa setiap pelayanan pendampingan bagi
kelompok apapun harus terjun langsung terlibat didalamnya. Hanya saja sebagai
pendamping mempunyai tugas khusus yakni sebagai animator, fasilitator dan
sebagai motifator.
Selama masa pengolahan pastoral di Paroki
Sta. Teresia Jambi ia sering terlihat membaur dalam kelompok BIAK (Bina Iman
Anak Katolik); OMK (Orang Muda Katolik); Legio Maria dan KBM (Kelompok Basis
Mahasiswa) yang seluruh anggotanya adalah mahasiswa-mahasiswa beragama katolik.
Melihat potensi yang sangat besar pada kelompok OMK Jambi, frater yang berperawakan kekar legam ini berpikir dan mencita-citakan cara pengelolaan potensi serta pendampingan yang khas, bagaimana supaya OMK sebagai bagian umat katolik menjadi komunitas yang eksis dengan satu hal yang khas orang muda.
Selamat Frater Black untuk menjadi Presbiter
: Rm Paulus Kristanto, Pr.
Selasa, 05 Februari 2013
PAROKI SANTA TERESIA JAMBI MERANGKAI SYUKUR DI TAHUN IMAN
Ch.P.Margiyatno
Tahun
Iman dicanangkan oleh Yang Mulia Bapa Suci
Benediktus XVI dimulai dari tanggal 11 Oktober 2012 yang bertepatan
dengan ulang tahun yang ke 50 pembukaan Konsili Vatikan II, dan akan ditutup pada
Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam yakni pada tanggal 24 November 2013. Dalam
Perayaan Tahun Iman kali ini Paroki Sta. Teresia Jambi merangkai syukur sekaligus memperingati 90
Tahun Prefectur Apostolic Bengkulu yakni cikal bakal berdirinya Keuskupan
Palembang; 40 Tahun Imamat Yang Mulia Mgr. Aloysius
Sudarso, SCJ yang ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 14 Desember 1972 saat
itu bersama dengan Rm. St. Endrakaryanta, SCJ di Paroki Tugumulyo; dan Peringatan 10 Tahun Keuskupan
Agung Palembang.
Pastor
Paroki Sta Teresia Jambi, Rm Antonius Yuswita, SCJ mengajak seluruh umat untuk
menyatukan syukur dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Uskup
Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ pada hari Minggu, 3 Februari 2013. “Kasih
Tuhan itu tidak terkira, keagungan cinta-Nya tak berkesudahan dan bagai seorang
petani Ia begitu setia menjamin pertumbuhan benih yang ditabur-Nya. Ia mengolah
tanah begitu suburnya, menabur benih dengan sukacita, menunggu pertumbuhannya.
Memupuk, menyiangi dan penuh kesabaran menanti buahnya, oleh sebab itu mari
kita bersyukur dalam Ekaristi”. kata Rm Yuswita.
Sembilan
puluh tahun yang lalu Tuhan mulai menabur benih kerajaan-Nya dibumi Pasemah,
dan bagai biji sesawi kerajaan-Nya telah bertumbuh dan berkembang keseluruh
wilayah Sumatera bagian selatan yang meliputi provinsi Bengkulu, Jambi dan
Sumatera Selatan. Pertumbuhan itu juga meninggi, berawal dari Perfektur
Apostolik tahun 1923, menjadi Vikariat Apostolik tahun 1939, menjadi Keuskupan tahun
1961 dan Keuskupan Agung Palembang tahun 2003.
Untuk
menjamin pertumbuhan benih itulah empat puluh tahun yang lalu Tuhan mengutus
Aloysius Sudarso sebagai Imam, kemudian enambelas tahun lalu menariknya menjadi
Uskup dan enam tahun kemudian menjadikannya Uskup Agung. Sembilan puluh tahun
bukanlah sebuah kurun waktu yang singkat untuk menjadi Gereja yang hidup dan
empat puluh tahun bukanlah rentangan hari yang pendek untuk sebuah ziarah
imamat. Hanya karena kelimpahan rahmat dari Allah yang telah menabur dan yang memanggil,
semua rencana-Nya menjadi nyata.
Dalam umat ada Roh Allah.
Paroki
Sta. Teresia yang pada tahun 1935 hanya terdiri dari beberapa orang etnis
Tionghoa kini telah berkembang menjadi paroki yang besar, karena dalam diri
umat ada Roh Allah yang menggerakkan dan menjadi sumber kekuatan.
Mengapa tahun ini dicanangkan sebagai Tahun Iman? Monsignur
Sudarso menjelaskan: “Karena di zaman yang serba modern ini iman menghadapi
banyak tantangan. Oleh karena itu Gereja merupakan Pasamuan Suci dimana banyak
umat berbagai lapisan dapat berkumpul dan bertemu, mesti menjadi tempat
pembinaan berbagai bidang bagi anak-anak agar iman kekatolikannya menjadi
tumbuh dan berkembang; Gereja
menjadi tempat pelatihan yang bagus untuk para bapak-ibu, orang tua dan para
tokoh-tokoh umat agar dapat semakin mencintai keluarga dan sesamanya”. Demikian
dijelaskan oleh Uskup Sudarso.
VCD Soegija
Tersedia VCD Soegija non edit (full version) dengan harga Rp 55.000.
Bagi teman-teman yang berminat silahkan hubungi omk paroki
Bagi teman-teman yang berminat silahkan hubungi omk paroki
Minggu, 03 Februari 2013
Menjadi Pemimpin Yang Militan
oleh Ch.P. Margiyatno
“Menjadi pemimpin atau pengurus bukan hanya sekedar nama yang terpampang dalam struktur organisasi melainkan sungguh-sungguh menjadi pemimpin yang handal dan memiliki karakter yang kuat. Seorang pemimpin sejati mesti memiliki iman yang tangguh dan dewasa dalam tindakan sebagaimana diharapkan oleh Gereja”. Demikian dikatakan Rm. Repo dalam homili pada misa pembukaan Latihan Dasar Kepemimpinan yang diikuti oleh utusan-utusan OMK dari 15 wilayah dan 3 stasi se-Paroki Sta. Teresia Jambi.
Membangun komitmen
Harapan dan tumpuan Gereja ada pada orang muda, oleh karenanya para peserta diajak untuk menyadarai hal ini, memanfaatkan kesempatan pelatihan sebaik-baiknya dimana tidak semua orang mendapat kesempatan yang sama.
Menjadi seorang pemimpin tidak ada yang tiba-tiba, mesti melalui sebuah proses yang kadang-kadang terasa mulus dan lancar. Namun tidak jarang justru sebaliknya, merasakan hambatan, tantangan yang sering menjemukan. Agar tidak menjadi cengeng, mudah menyerah, seorang pemimpin mesti membangun komitmen.
Setia pada iman adalah kunci untuk menjadi seorang pemimpin yang militan, memiliki sikap semangat yang berkobar dan pantang berputus asa. Iman yang kokoh akan membuahkan rahmat, dalam rasa solidaritas dan kesetiakawanan seorang pemimpin diharapkan mampu menuntun dan mengayomi sesamanya kepada hal-hal yang lebih baik.
Alam dan suasana bumi perkemahan yang sejuk dan hening sungguh mendukung proses pelatihan yang dijabarkan melalui simulasi-simulasi kebersamaan, kepekaan terhadap lingkungan dan refleksi bersama.
Pada kesempatan ini juga dilaksanakan pemilihan pengurus baru OMK Sta. Teresia Jambi .
Senin, 28 Januari 2013
Sakramen Pengakuan Dosa
Oleh
Romo Richard Lonsdale *
* Dipersembahkan dengan
penuh kasih kepada Theresa dan William Lonsdale,
yang kini telah
menikmati sukacita surgawi, dari ananda yang mengasihimu.
MENGAPA MENGAKU DOSA ITU BAIK?
Dikatakan bahwa “Orang Katolik tidak perlu membayar biaya
Psikiater (= dokter ahli jiwa) seperti orang lain, sebab kita memperolehnya
secara gratis setiap hari Sabtu dalam Kamar Pengakuan.” Yah, pernyataan itu
tidak sepenuhnya benar - hanya sedikit saja imam yang memang seorang psikiater
- tetapi sungguh benar bahwa kamu mempunyai seorang penolong yang hebat untuk
memberimu nasehat serta penyembuhan dalam Sakramen Rekonsiliasi (atau Sakramen
Pengakuan Dosa) yang kamu terima secara teratur. LAGIPULA - dan ini
sesungguhnya yang lebih penting - kamu memperoleh kuasa Sakramen untuk
melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan dalam hidupmu agar memperoleh
damai.
Dikatakan juga bahwa “Pengakuan Dosa itu baik bagi jiwa.” Memang
benar demikian. Berbahaya sekali memendam persoalan-persoalan di dalam hati
kita sendiri. Seringkali, hal terbaik yang dapat kita lakukan ialah
membicarakannya dengan seseorang yang kita percaya. Dengan siapakah kita dapat
melakukannya lebih baik daripada dengan seorang imam Katolik?
APA ITU DOSA?
PADA DASARNYA, DOSA IALAH SESUATU YANG KITA LAKUKAN YANG MENYAKITI
ORANG LAIN. Jika kita menyakiti orang lain, kita bersalah. Mungkin tampaknya
terlalu “Katolik” untuk merasa khawatir akan kesalahan kita, tetapi kesalahan
sebenarnya adalah masalah tanggung-jawab. Jika kita menyakiti orang lain, kita
harus merasa bersalah karena kita bertanggung jawab atas penderitaan orang itu.
Tentu saja, ada sebagian orang yang khawatir akan kesalahan mereka
secara berlebihan. Mereka mempunyai skrupul batin (skrupul: sangat teliti,
bahkan kadang berlebihan, pada hal yang sekecil-kecilnya) dan merasa berdosa
dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Tetapi hal seperti itu sudah tidak
lazim lagi di abad ke-21 ini!
Kebanyakan orang tidak lagi peduli akan akibat-akibat dari
perbuatan mereka. Mereka hidup hanya untuk saat ini. Sesungguhnya, segala
sesuatu yang kita lakukan membawa akibat bagi orang lain, kadang-kadang akibat
baik, tetapi seringkali akibat buruk. Akibat itu disebut “Efek Domino” - yaitu
serentetan akibat yang dapat menimbulkan masalah selama bertahun-tahun.
Biasanya ada tiga pihak yang menderita karena dosa: orang yang
kamu sakiti, kamu sendiri, dan Tuhan. Mengapa Tuhan? Karena Tuhan adalah Bapa
semua orang. Semua Bapa menderita jika anak-anak mereka disakiti. Tuhan itu
penuh belas kasih. “Belas Kasih” artinya ikut merasa menderita dengan
penderitaan orang lain. Tuhan sungguh-sungguh merasakan penderitaan kita,
seolah-olah penderitaan itu menimpa Tuhan sendiri.
UNTUNGNYA, KITA DAPAT MELAKUKAN SESUATU
Begitu kita sadar bahwa kita menyakiti orang lain, saatnyalah bagi
kita untuk berubah. Itulah alasan utama Pengakuan Dosa. Tuhan mengampuni kita
DAN memberi kita pertolongan untuk berubah.
MENGAPA SAYA HARUS MENGAKUKAN DOSA-DOSA SAYA KEPADA SEORANG
MANUSIA?
Sebagian orang mengatakan bahwa mereka tidak perlu mengakukan
dosa-dosa mereka kepada seorang manusia. Mereka mengatakan bahwa mereka dapat
mengatakan kepada Tuhan bahwa mereka menyesal dan Tuhan akan mengampuni mereka,
di mana saja, dan kapan saja. Tetapi Sakramen Pengakuan Dosa (atau
Rekonsiliasi) lebih dari hanya sekedar pengampunan dosa. Jika kita
sungguh-sungguh menyesal, kita perlu berubah, berhenti berbuat dosa.
Imam adalah penasehat yang dapat menjelaskan mengapa kita bersalah
dan bagaimana kita dapat berubah. Imam tidak berada di sana untuk menghakimi atau pun menghukum
kita. Imam berada di sana
untuk menganalisa masalah serta menyarankan penyembuhannya. Ia dapat
menjelaskan segala sesuatunya dan bahkan akan mengatakan kepadamu jika kamu
memang tidak bersalah.
Penitensi adalah bagian dari penyembuhan. Penitensi merupakan
suatu langkah kecil awal untuk mengubah cara hidup kita. Kita tidak harus
mengubah cara hidup kita saat itu juga, tetapi kita harus berubah. Sakramen
Pengakuan Dosa memberi kita kekuatan untuk melakukan perubahan.
DARI MANAKAH SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA BERASAL?
Yesus-lah yang memulai Sakramen Rekonsiliasi. Pada hari raya
Paskah, Ia bersabda kepada para murid-Nya: “Sama seperti
Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah
berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah
Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau
kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:21-23)
Kuasa ini diwariskan selama berabad-abad. Sakramen adalah semacam
bahasa isyarat dari Tuhan. Sakramen berbicara langsung kepada jiwa. Tidak
seperti bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan memiliki kuasa untuk
melakukan apa yang dikatakannya. Isyarat dalam Sakramen Pengakuan adalah
absolusi (=pengampunan dosa) oleh imam. Gereja melaksanakan apa yang
diperintahkan Yesus kepada kita, “mengampuni dosa orang.”
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling
mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16)
PENITENSI
Absolusi adalah langkah awal dari proses perubahan. Penitensi (=
denda dosa) adalah langkah selanjutnya. Penitensi bukanlah suatu hukuman atas
dosa-dosa yang kita akukan. Penitensi adalah langkah untuk menyembuhkan.
Penitensi yang terbaik bukanlah setumpuk doa-doa belaka, tetapi tindakan-tindakan
nyata untuk mengatasi dosa. Misalnya, jika seseorang mengaku dosa karena marah
kepada sahabatnya, penitensinya kemungkinan adalah berlaku lebih lembut dan
sabar kepada sahabatnya itu. Memang suatu hukuman yang berat, tetapi dapat
menghasilkan mukjizat.
BAGAIMANA SAYA DAPAT MENGAKU DOSA DENGAN BAIK?
Selalu mulai dengan mengingat. Pikirkan orang-orang yang ada di
sekitarmu. Mungkin diawali dengan keluargamu. Kemudian yang lainnya juga: sanak
saudara, tetangga, rekan sekerja, teman sekolah, orang yang kamu potong
jalannya di jalan raya minggu lalu, dan sebagainya, dan sebagainya.
Pikirkan tentang kejadian-kejadian baru-baru ini dalam hidupmu
yang melibatkan orang-orang tersebut. Pengaruh apakah yang kamu berikan kepada
mereka? Apakah, jika ada, yang kamu lakukan sehingga menyakiti mereka? Juga,
apakah yang seharusnya kamu lakukan, tetapi tidak kamu lakukan? Adakah
seseorang yang membutuhkan pertolongan dan kamu tidak menawarkan pertolonganmu?
Sekarang tarik mundur ingatanmu agak sedikit jauh ke belakang.
Kemungkinan kamu tidak melakukan suatu dosa besar atau “dosa berat”, tetapi adakah
dosa-dosa yang merupakan kebiasaan, yang kamu lakukan dan lakukan lagi. Setetes
air hujan mungkin tidak berarti, tetapi jika tetesan-tetesan itu ditampung
untuk jangka waktu yang lama, maka tetesan hujan itu dapat mengakibatkan
banjir! Suatu ejekan, yang kecil dan sepele - jika diulang dan diulang- dapat
menjadi gunung kebencian.
PEMERIKSAAN BATIN
Kecuali jika kamu mempunyai ingatan yang luar biasa, pada umumnya
kamu lupa akan sebagian besar perkara yang kamu lakukan. Oleh karena itulah
suatu sarana sederhana diperlukan untuk membantumu. Sarana itu disebut
“Pemeriksaan Batin” yaitu suatu daftar pertanyaan untuk diajukan kepada dirimu
sendiri sebelum kamu mengaku dosa. (lihat Lembar
Pemeriksaan Batin)
Suara Batin atau Hati Nurani adalah kesadaran moral atau etik atas
kelakuanmu dengan dorongan untuk memilih yang baik dari yang jahat. Suara batin
haruslah dibentuk dalam terang Sabda Allah, yaitu melalui Gereja.
MENGAKU DOSA
Pelaksanaan Sakramen Pengakuan dapat berbeda dari tempat yang satu
dengan tempat yang lain. Di beberapa tempat, pengakuan dilaksanakan dalam Kamar
Pengakuan. Di tempat lainnya, dibuat suatu tempat pengakuan khusus.
Kamu boleh berlutut di balik sekat atau boleh juga berlutut
berhadapan muka dengan imam. Secara pribadi, saya lebih menyukai posisi
berlutut menghadap imam, sebab imam berada di sana untuk menjadi penasehatmu. Jika ia dapat
melihat ke dalam matamu, ia dapat mempunyai gambaran yang lebih baik bagaimana
menasehatimu. Matamu berbicara banyak tentang kamu! Imam tidak berada di sana untuk memarahimu atau
menghakimimu. Imam juga seorang yang berdosa seperti semua orang lain. Imam
harus mengaku dosa juga!
APA YANG SAYA KATAKAN?
Tata cara Sakramen Pengakuan dapat berbeda-beda, tetapi biasanya
imam akan menyambutmu. Mungkin imam akan berbincang sejenak denganmu, atau
memulai dengan sebuah doa. Terkadang imam membacakan suatu perikop dari Kitab
Suci tentang belas kasih Tuhan.
Sungguh, kamu tidak perlu khawatir tentang rumusan-rumusan atau
doa-doa tertentu. Memang mungkin ada suatu rumusan standard di tempatmu, tetapi
yang terbaik adalah menjadikan segala sesuatunya praktis. Sebaiknya kamu merasa
santai dan mengatakan kepada imam sudah berapa lamakah sejak pengakuanmu yang
terakhir, atau menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan oleh imam.
Yang terpenting adalah meminta pertolongan. Jika kamu terbiasa tanpa
pikir panjang mengucapkan suatu daftar panjang tentang hal-hal yang sama,
mungkin kamu dapat mencoba untuk berkonsentrasi pada beberapa di antaranya,
daripada menyebutkan semua yang biasa kamu katakan.
Imam mungkin akan meminta keterangan lebih lanjut, tetapi hal itu
hanya dimaksudkan agar ia dapat memberikan nasehat yang terbaik bagimu. Hal
utama yang perlu diingat adalah bahwa pengakuanmu itu sifatnya pribadi dan
hanya dimaksudkan untuk menolongmu. Kamu berada di sana untuk didamaikan kembali dengan Tuhan.
Pastilah Tuhan merindukan untuk bersahabat kembali denganmu!
SESUDAH PENGAKUAN DOSA
Kamu akan keluar dari Kamar Pengakuan dengan perasaan lega!
Cobalah untuk melaksanakan penitensi penyembuhanmu sesegera mungkin. Kamu telah
diampuni, disembuhkan serta dipulihkan sepenuhnya persahabatanmu dengan Tuhan.
Salah satu hal terindah tentang pengampunan dosa adalah bahwa Tuhan mengampuni
dan melupakan! Begitu dosa-dosamu telah diampuni, kamu diperbaharui dalam
rahmat Tuhan. Kamu harus mempunyai niat yang kuat untuk menghindari dosa di
masa mendatang. Tetapi jika kamu tergelincir atau melakukan kesalahan, ingatlah
TUHAN SENANTIASA ADA DI SANA DENGAN KASIH-NYA!
sumber : News For
Kids, Rm Richard Lonsdale;
Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
Diperkenankan
mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.”
Langganan:
Postingan (Atom)